REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Paus Fransiskus memimpin prosesi tradisional di Bukit Aventine, Roma dalam memperingati hari Rabu Abu. Ia mengatakan kepada umat Katolik, bahwa kesuksesan, kekuasaan, dan harta benda sedang berlalu dan akan menghilang seperti debu tertiup angin.
“Tanda abu kecil di dahi yang akan kita terima adalah pengingat sederhana, tetapi nyata bahwa dari banyak hal yang memnuhi pikiran kita, yang kita kejar dan khawatirkan setiap hari, tidak akan ada yang tersisa. Tidak peduli seberapa keras kita bekerja, kita tidak akan membawa kekayaan dari kehidupan ini. Realitas duniawi memudar seperti debu tertiup angin, harta bersifat sementara, kekuasaan dan kesuksesan menyusut,” kata Paus Fransiskus saat homili dalam perayaan Ekaristi tersebut, Kamis (7/3).
Ia menuturkan, tanda abu yang diberikan pada dahi umat Katolik dalam Misa Rabu Abu dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang akan kefanaan mereka. Oleh karena itu, Paus Fransiskus mengajak agar setiap orang harus fokus pada kebutuhan orang lain dan mempraktikkan amal kasih yang membebaskan manusia dari kesia-siaan serta berpikir bahwa segala sesuatunya akan menjadi baik, jika kita juga berpikir baik.
“Penampilan luar, uang, karier atau hobi, jika kita hidup untuk hal-hal tersebut, maka hal itu akan menjadi idola yang memperbudak kita, sirene yang memikat kita dan kemudian membuat kita terhanyut di dalamnya. Kita perlu membebaskan diri kita dari cengkeraman konsumerisme dan jerat keegoisan. Dari yang selalu menginginkan lebih, dari yang tidak pernah puas, dan dari hati yang tertutup terhadap kebutuhan orang miskin,” imbuhnya.
Hari Rabu Abu merupakan awal bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk memasuki masa pra-Paskah. Selama masa itu, umat Katolik diharapkan untuk mampu memberikan sedekah, berdoa, berpuasa, dan berpantang hingga perayaan Paskah tiba, dikutip dari Reuters.