Jumat 08 Mar 2019 22:12 WIB

Turki Libatkan Peneliti Perempuan dalam Ekspedisi Antartika

Para peneliti akan menjelajah Benua Antartika selama 30 hari.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Antartika
Foto: EPA
Antartika

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA –  Peran perempuan dalam dunia sains kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, perempuan bisa bergelut dalam ekspedisi di tempat-tempat yang menantang, seperti Benua Antartika.  

Seperti di Turki, sejumlah ilmuwan wanita melakukan ekspedisi sains di Antartika. Partisipasi mereka itu memperlihatkan peran perempuan dalam pembangunan dan kemajuan negara itu.  

Baca Juga

Ekspedisi Sains Antartika Nasional Turki tahun ini dipimpin oleh Burcu Ozsoy, yang merupakan kepala Pusat Penelitian Kutub di Istanbul Technical University. 

Tim peneliti tahun ini, yang merupakan ekspedisi ketiga, memiliki delapan peserta wanita, termasuk lima orang Turki. 

Sementara tim peneliti Turki tahun lalu yang melakukan perjalanan ke Antartika terdiri dari empat peserta wanita. Mereka menjelajah benua es itu selama 30 hari. 

Penyelam Turki yang telah terkenal dan go internasional, Sahika Ercumen, dan ilmuwan Sevil Deniz Yakan Dundar adalah bagian dari ekspedisi Turki ke bagian bawah dunia itu. 

Selain itu, ada tim wartawan dari Anadolu Agency yang ikut ekspedisi tersebut, termasuk koresponden ekonomi perempuan Dilara Zengin, dan jurnalis foto Ozge Elif Kizil. Mereka meliput penelitian ilmiah di Antartika selama perjalanan yang dimulai pada 29 Januari lalu.   

Tiga peneliti wanita asing ikut serta dalam ekspedisi. Untuk pertama kalinya, ekspedisi memasukkan proyek penelitian dari empat negara.  

Selain itu, adapula ahli biologi dari Republik Ceko, Barbora Chattova dan ahli glasiologi Shelly Anne MacDonell, serta pemandu gunung Lissette Tamara Munoz dari tim Chili. 

Ozsoy mengungkapkan kebanggaannya pada pencapaian ini, karena tim antartika ketiga Turki ini memiliki jumlah peserta wanita terbanyak hingga saat ini.   

Sementara penyelam Turki, Ercumen, mengatakan salah satu harapan terbesarnya adalah menginspirasi gadis-gadis kecil yang akan menuntun dunia di masa depan dengan olahraga dan sains. 

Antartika memang telah berfungsi sebagai zona penelitian ilmiah sejak perjanjian 1959, di mana Turki menandatanganinya.

Suhu terendah yang tercatat di benua terdingin pada 1983 adalah -89 derajat Celcius (-128 Fahrenheit). Tetapi di musim panas, suhu sejuk mencapai -15 derajat Celcius (5 Fahrenheit).  

Pusat Penelitian Kutub pada Istanbul Technical University didirikan di Antartika pada 2015. Misi dari pusat ini adalah untuk melakukan penelitian di Antartika dan meningkatkan profil Turki di komunitas ilmiah internasional. 

Pada April 2016, tim peneliti Turki pertama melakukan perjalanan ke Antartika untuk mempelajari dampak perubahan iklim. Mereka terdiri dari 14 tenaga medis, ahli botani, ahli geologi dan ahli kelautan dari tujuh universitas.

Para ilmuwan mengatakan kepada Anadolu Agency, seperti dilansir pada Jumat (8/3), bahwa penelitian mereka penting untuk mengumpulkan informasi tentang perubahan iklim dan masa depan dunia. (Kiki Sakinah)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement