REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Suriah dengan tegas telah menolak kesimpulan yang dicapai oleh misi pencari fakta Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengenai peristiwa dugaan penggunaan bahan kimia beracun di Douma pada 7 April 2018.
Suriah menyatakan laporan tersebut tidak berbeda dengan laporan terdahulu, yang penuh dengan penyimpangan fakta yang mencolok.
"Misi pencari fakta OPCW mengeluarkan laporannya mengenai peristiwa dugaan penggunaan senjata kimia beracun di Douma pada 7 April 2018," katanya.
"Pada kenyataannya, apa yang menarik perhatian sekarang ialah penulis laporan itu mengabaikan pernyataan para saksi mata yang hidup dengan peristiwa tersebut dan menggambarkan tuduhan penggunaan senjata kimia di Douma sebagai permainan yang dilakukan oleh organisasi teroris bersenjata," kata seorang juru bicara Kementerian Urusan Luar Negeri dan Ekspatriat pada Kamis (7/3).
Ia menambahkan AS, Prancis, dan Inggris, telah bekerja untuk memindahkan alat teroris mereka di Suriah, terutama yang dinamakan "helm putih" untuk memalsukan dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah.
"Belakangan, mereka menghalangi upaya untuk melakukan penyelidikan oleh misi tersebut di Douma melalui dilancarkannya agresi militer langsung terhadap Suriah pada 14 April 2018, yang meliputi laboratorium untuk tujuan damai," kata juru bicara itu, sebagaimana dikutip Kantor Berita Suriah, SANA.
Ia menambahkan Republik Arab Suriah, yang menawarkan semua fasilitas buat tim misi tersebut. "Suriah menyeru semua negara anggota OPCW agar mengungkapkan laporan palsu semacam itu, yang tidak memiliki kredilitas apa pun, dan menyeru Sekretariat Teknis OPCW agar mengangkat anggota misi pencari fakta yang profesional, adil dan netral," kata juru bicara itu.
Kementerian Urusan Luar Negeri tersebut menyimpulkan dengan mengatakan Suriah, saat menegaskan kembali pendirian kuatnya untuk menentang penggunaan bahan kimia beracun di mana saja dan kapan saja, dengan tegas menolak kesimpulan yang dicapai oleh tim misi itu.