Senin 11 Mar 2019 16:25 WIB

Proses Panjang Pembebasan Siti Aisyah di Malaysia

Siti Aisyah dibebaskan dari dakwaan pembunuhan terhadap Kim Jong-nam.

Red: Nur Aini
Rusdi Kirana Sambut Siti Aisyah.  Dubes RI untuk Malaysia Rusdi Kirana berfoto dengan Siti Aisyah di KBRI Kuala Lumpur usai sidang di Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor, Malaysia, Senin (11/3/2019).
Foto: Antara/Fandhyta
Rusdi Kirana Sambut Siti Aisyah. Dubes RI untuk Malaysia Rusdi Kirana berfoto dengan Siti Aisyah di KBRI Kuala Lumpur usai sidang di Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor, Malaysia, Senin (11/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kedutaan Besar RI Kuala Lumpur akan mengurus pemulangan Siti Aisyah setelah dia dibebaskan dari dakwaan pembunuhan Kim Jong-nam, saudara Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, dalam sidang di Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor, Malaysia, Senin (11/3). Pembebasan Siti Aisyah tersebut merupakan hasil dari proses panjang upaya pemerintah.

Dubes RI di Kuala Lumpur Rusdi Kirana mengemukakan hal itu dalam jumpa pers di KBRI Kuala Lumpur, Senin. Saat jumpa pers, ia didampingi Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal. dan Ketua Diaspora Indonesia Chairul Anhar.

Baca Juga

Sebelumnya pada Senin, Rusdi Kirana dengan didampingi oleh Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham serta Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri menghadiri persidangan kasus Siti Aisyah di Mahkamah Tinggi Shah Alam, Selangor, Malaysia. Dalam persidangan tersebut, Jaksa Penuntut Umum Muhamad Iskandar Bin Ahmad telah menyatakan 'nolle prosequi' (penghentian penuntutan) dalam kasus Siti Aisyah sesuai Pasal 254 Kitab Hukum Acara Pidana Malaysia.

"Dengan pernyataan tersebut maka Siti Aisyah dengan sendirinya dibebaskan dari tuntutan dalam kasus ini. Selanjutnya KBRI Kuala Lumpur akan mengurus proses pemulangan Siti Aisyah  ke tanah air," katanya.

Dia mengatakan pembebasan itu adalah puncak dari proses panjang upaya Pemerintah Indonesia untuk membebaskan Siti Aisyah dari ancaman hukuman mati akibat dakwaan keterlibatan dalam pembunuhan terhadap warga negara Korea Utara, Kim Jong-nam, pada 13 Februari 2017. Siti Aisyah didakwa bersama seorang warga Vietnam, Doan Thi Huong.

"Sejak Siti Aisyah ditangkap, Presiden (Joko Widodo) telah meminta dilakukan koordinasi antara  Menteri Luar Negeri, Menkumham, Kapolri, Jaksa Agung, dan Kepala Badan Intelijen Negara dalam rangka memberikan pembelaan dan mengupayakan pembebasan bagi Siti Aisyah," katanya.

Sejalan dengan arahan Presiden tersebut, ujar dia, masalah Siti Aisyah selalu diangkat dalam setiap pertemuan bilateral Indonesia-Malaysia, baik pada tingkat presiden, wakil presiden, pertemuan berkala menteri luar negeri, dan para menteri terkait dengan mitra Malaysianya.

"Isu ini pun telah dibahas dalam pertemuan terakhir Presiden dengan Perdana Menteri Malaysia pada 29 Juni 2018 di Bogor," katanya.

Sesuai dengan mekanisme kerja sama bilateral di bidang penegakan hukum, ujar dia, proses akhir pembebasan Siti Aisyah tersebut dilakukan melalui mekanisme Bantuan Hukum Timbal Balik (Mutual Legal Assistance/MLA), yang di dalamnya Menteri Hukum dan HAM bertindak sebagai Otoritas Pusat (Central Authority).

Siti Aisyah ditangkap pada 15 Februari 2017 di Hotel Flamingo, Ampang, Kuala Lumpur. Pemerintah melalui KBRI Kuala Lumpur telah menunjuk tujuh pengacara profesional dari Kantor Pengacara Gooi & Azura untuk memberikan pembelaan dan pendampingan bagi Siti Aisyah.

"Pemerintah juga telah membentuk tim lintas kementerian untuk mendukung pengacara dalam mengumpulkan bukti dan saksi yang relevan bagi pembelaan Siti Aisyah di pengadilan," katanya.

Sejak awal masa pemerintahannya, ujar dia, Presiden Jokowi telah berkomitmen untuk memastikan kehadiran negara guna melindungi dan membantu setiap WNI yang menghadapi permasalahan di luar negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement