REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengecam pelanggaran hak asasi manusia di Cina, Rabu (13/3). Mereka menyatakan perlakuan yang diterima minoritas Muslim adalah yang terburuk sejak 1930-an.
"Bagi saya, Anda belum pernah melihat hal-hal seperti ini sejak tahun 1930-an," kata Kepala Biro Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Departemen Luar Negeri AS, Michael Kozak.
"Mengumpulkan, dalam jutaan orang, menempatkan mereka ke dalam kamp, dan menyiksa mereka, melecehkan mereka, dan pada dasarnya mencoba menghapus budaya dan agama mereka dan sebagainya dari DNA mereka. Benar-benar mengerikan," kata Kozak.
Namun, Kozak tidak menguraikan komentarnya terkait kasus pada 1930-an. Diperkirakan ia mengacu pada kebijakan penganiayaan yang dilakukan oleh Hitler di Jerman dan Stalin di Uni Soviet.
"Ini adalah salah satu pelanggaran HAM paling serius di dunia saat ini," ujar Kozak.
Kozak mengatakan, pada awalnya Cina membantah adanya kamp. Sekarang disebutkan mereka akan mengikuti pelatihan kerja secara sukarela, namun ini tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Namun setidaknya sekarang Cina telah sadar, ada banyak pengawasan internasional terkait Muslim di Xinjiang.
Kedutaan Besar Cina di Washington tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan itu. Mereka datang pada saat negosiasi perdagangan antara Amerika dan Cina untuk menyelesaikan sengketa tarif.
Gubernur Xinjiang, Shohrat Zakir mengatakan, Cina menjalankan sekolah asrama, bukan kamp konsentrasi, di wilayah barat, Selasa (12/3). Sebelumnya duta besar AS untuk kebebasan beragama menyebut situasi di sana benar-benar tidak dapat diterima.
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memberikan sanksi terhadap para pejabat senior Cina di Xinjiang, termasuk bos Partai Komunis, Chen Quanguo.
Beijing telah memperingatkan pembalasan, jika Washington menargetkan Chen. Saat ini pemerintah belum bertindak meskipun ada keluhan dari anggota parlemen AS.
Laporan itu menyatakan pada tahun lalu, Cina telah secara signifikan melakukan aksi penahanan massal, terhadap anggota kelompok minoritas Muslim di Xinjiang. Disebutkan pihak berwenang menahan 800 ribu hingga mungkin lebih dari dua juta warga Uighur, etnik Kazakhstan, dan Muslim lainnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyoroti pelanggaran di Iran, Sudan Selatan, Nikaragua, dan Cina dalam Laporan Negara tentang Praktik Hak Asasi Manusia. Akan tetapi menyatakan Cina berada dalam liga tersendiri dalam hal pelanggaran HAM.