Jumat 15 Mar 2019 15:10 WIB

Penembak di Masjid Selandia Baru Terpengaruh Ekstremisme

Pelaku penembakan di Masjid Selandia Baru mendukung ekstremisme di AS.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Foto: AP
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH — Pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, disebut telah termotivasi oleh supremasi kulit putih dan ekstremisme di Amerika Serikat (AS). Ia diketahui sebagai warga Australia bernama Brenton Tarran yang mendukung ideologi sayap kanan.

Perdana Menteri Australia Scott Morisson membenarkan bahwa pelaku penembakan adalah seorang teroris ekstremis yang mendukung ideologi sayap kanan dan kejam. Meski demikian, identitas tersangka belum dikonfirmasi hingga saat ini.

Baca Juga

Sebelum melakukan seragan brutal, pelaku mengunggah manifesto 74 halaman ke jejaring sosial Twitter serta forum daring (online). Di dalam manifesto itu, Tarran menyatakan kebenciannya terhadap imigran Muslim di Eropa. Tak hanya itu, ia juga menyatakan gerakan ekstremis AS sebagai idolanya.

Tarran juga mengklaim bahwa ia memberikan sumbangan kepada kelompok supremasi kulit putih, bahkan melafalkan 14 slogan yang populer dari kelompok tersebut. Salah satunya adalah slogan dari Faith Goldy yang mengatakan: “Kita harus mengamankan keberadaan rakyat kita untuk masa depan anak-anak kulit putih.”

Ia juga mengagumi penembak massal Amerika. Dalam sebuah gambar yang diunggah ke Twitter, Tarran memperlihatkan majalah dengan gambar senapan dan bertuliskan sejumlah nama. Di antaranya adalah Alexandre Bissonnette yang menjalani hukuman seumur hidup karena menembak dan membunuh enam orang di sebuah masjid di Quebec, Kanada, pada 2017.

Selain itu, ada Luca Traini seorang ekstremis sayap kanan yang diduga menembak enam orang Afrika di Italia pada Februari 2018. Majalah-majalah itu juga merujuk beberapa pertempuran di mana Kekaisaran Ottoman dikalahkan.

Pelaku sebelumnya diketahui menyiarkan secara langsung aksi serangan melalui jejaring sosial Facebook. Sebuah unggahan di papan pesan anonim 8chan dan diduga dibuat oleh pelaku juga menuliskan link atau tautan untuk menonton siaran tersebut.

Penembakan massal selama ini hampir tak pernah terjadi di Selandia Baru. Terlebih, kejadian ini dipicu oleh kebencian dan terjadi di tempat ibadah. Oleh karena itu, terdapat dugaan bahwa hal salah satu hal yang memotivasi pelaku adalah politik Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement