Sabtu 16 Mar 2019 22:40 WIB

Tes DNA Korban Ethiopian Airlines Membutuhkan Waktu 6 Bulan

Penyebab jatuhnya Ethiopian Airlines diyakini serupa dengan Lion Air.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Kerabat korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines Boeing 737 Max 8 berduka di lokasi jatuhnya pesawat di Bishoftu, Addis Ababa, Ethiopi, Rabu (13/3).
Foto: AP Photo/Mulugeta Ayene
Kerabat korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines Boeing 737 Max 8 berduka di lokasi jatuhnya pesawat di Bishoftu, Addis Ababa, Ethiopi, Rabu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Pengujian DNA terhadap 157 penumpang serta awak yang menjadi korban jatuhnya Ethiopian Airlines ET-302 membutuhkan waktu hingga enam bulan. Sebagaian besar jasad para korban dalam keadaan yang sudah tidak baik.

Sejumlah keluarga korban bersikeras tetap menunggu hasil investigasi agar dapat menguburkan jasadnya.

Baca Juga

Ethiopian Airlines berencana untuk mengadakan layanan doa bersama dengan beberapa keluarga korban di Katedral Holy Trinity. Pihak maskapai penerbangan juga mengatakan, sertifikat kematian akan dikeluarkan dalam waktu dua minggu.

Salah satu keluarga korban, Abdulmajid Sheriff kehilangan kakak ipar laki-lakinya dalam kecelakaan Ethiopian Airlines ET-302 pada Ahad (10/3). Menurut Sheriff, ia telah melakukan shalat ghaib bersama keluarganya untuk mendoakan korban. Dia mengaku sudah mengikhlaskan kepergian saudaranya tersebut.

"Kami adalah Muslim, kami sudah melakukan doa di masjid bersama keluarga," ujar Sheriff, Sabtu (16/3).

Para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui penyebab kecelakaan Ethiopian Airlines ET-302. Namun, data penerbangan menunjukkan beberapa kesamaan penyebab jatuhnya Ethiopian Airlines dengan Lion Air JT-610 yang mengalami kecelakaan pada Oktober 2018.

"Itu tampak seperti Lion Air, karena penerbangan hanya berlangsung enam menit. Ada kesamaan yang jelas antara kecelakaan kami dengan kecelakaan Lion Air," ujar CEO Ethiopian Airlines Tewolde GebreMariam kepada kantor berita Xinhua.

Sementara, mantan kepala Asosiasi Pilot Maskapai Kenya, Paul Gichinga memperkirakan, Ethiopian Airlines ET-302 jatuh menukik. Hal ini dapat dilihat dari foto-foto lokasi jatuhnya pesawat.

"Pilot pasti menemukan semacam indikasi bahwa kecepatan udara kemungkinan mengalami kendala," kata Gichinga.

Sejumlah maskapai penerbangan internasional telah menghentikan operasional Boeing 737 Max-8 setelah jatuhnya Ethiopian Airlines. Penghentian operasional tersebut tidak berdampak langsung pada maskapai penerbangan. Namun para analis menyatakan, hal ini justru akan memperburuk keuangan Boeing.

Di sisi lain Air Canada dan United Airlines menjadi maskapai besar pertama di Amerika Utara yang mulai merasakan implikasi atas penghentian operasional Boeing 737 Max. Air Canada menangguhkan perkiraan pertumbuhan finansial pada 2019. Sementara United Airlines akan meninjau dampak penghentian operasional Boeing 737 Max hingga musim panas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement