Ahad 17 Mar 2019 05:55 WIB

Imam Masjid Christchurch: Kami Masih Mencintai Negara Ini

49 orang dilaporkan tewas dalam penembakan di sebuah masjid di Kota Christchurch.

Rep: Umi Soliha/ Red: Andri Saubani
Teror Masjid Christchurch. Wanita meletakkan bunga di Christchurch, Sabtu (16/3), sebagai bentuk duka dan simpati bagi aksi teror di dua masjid pada Jumat (15/3).
Foto: AP
Teror Masjid Christchurch. Wanita meletakkan bunga di Christchurch, Sabtu (16/3), sebagai bentuk duka dan simpati bagi aksi teror di dua masjid pada Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SELANDIA BARU -- Imam yang memimpin shalat di Masjid Liinwood, Ibrahim Abdul Halim, saat terjadi penembakan brutal di Kota Christchurch, mengatakan, cinta komunitas Muslim terhadap Selandia Baru tidak akan terguncang oleh pembantaian itu. "Kami masih mencintai negara ini. Ekstrimis tidak akan pernah menggoyahkan cinta kami," kata Ibrahim, dikutip Aljazirah, Ahad (17/3).

Halim menceritakan kisah mengerikan yang ia alami ketika pembantaian terjadi. Ia mengatakan, saat itu setalah terdengar suara tembakan, semua orang berteriak , darah di mana–mana dan banyak orang yang sudah meninggal.

"Semua orang berbaring di lantai, beberapa wanita mulai menangis dan beberapa orang langsung meninggal akibat tembakan tersebut," katanya.

Ia menambahkan, Muslim Selandia Baru masih betah tinggal di negara Pasifik Selatan itu. "Keluarga saya tinggal di sini dan kami bahagia tinggal di sini," imbuhnya.

Dia mengatakan, mayoritas warga Selandia Baru memberikan dukungan dan kehangatan yang sangat besar kepada Muslim setempat. Ia menceritakan, bagaimana  warga Selandia Baru memberikan pelukan untuk menguatkan komunitas Muslim di kota Christchurch. 

"Mereka memberikan pelukan kepada saya  dan memberikan dukungan yang luar biasa. Ini adalah sesuatu yang sangat penting,” ujarnya.

Tersangka utama, Brenton Tarrant, warga negara Australia yang berusia 28 tahun, telah didakwa dengan tuduhan pembunuhan karena penembakan massal tersebut. Dua tersangka lainnya ditahan.

Kini, polisi tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait peran apa yang mereka  lakukan dalam serangan yang mengejutkan Selandia Baru itu. Tak satu pun dari mereka yang ditangkap memiliki riwayat kriminal atau ada dalam daftar pantauan di Selandia Baru atau Australia.

Wartawan dari Aljazirah, Wayne Hay, mengatakan, di dekat masjid Al Noor di Christchurch banyak orang yang datang untuk memberikan bunga sebagai tanda solidaritas mereka."Orang-orang datang ke barisan polisi untuk memberikan penghormatan, meninggalkan bunga dan berada disana untuk merenungkan apa yang terjadi pada Christchurch," katanya.

Ia menambahkan, suasana di sina sangat suram. Masih ada banyak polisi bersenjata di sekitar tempat pembunuhan ini terjadi. Polisi forensik masih menyisir daerah itu untuk mencari bukti kecil yang tergeletak di jalan, mobil dan apa pun yang bisa menjadi petunjuk.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern bertemu dengan para pemimpin komunitas Muslim Selandia Baru, menyampaikan belasungkawa dan menyampaikan dukungan pemerintah. "Adalah tugas saya untuk memastikan keselamatan Anda, kebebasan Anda untuk beribadah dengan aman, kebebasan Anda untuk mengekspresikan budaya dan agama Anda," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement