Ahad 17 Mar 2019 09:58 WIB

Jejak Perjalanan Balas Dendam Penembak Masjid Selandia Baru

Perjalanan Brenton Tarrant ke negara-negara Balkan tengah diselidiki

Rep: Nur Aini/ Red: Nur Aini
Teror Masjid Christchurch. Brenton Tarrant (wajahnya disamarkan) tampil di sidang atas pembunuhan massal di dua masjid di Christchurch, Ahad (16/3).
Foto: EPA
Teror Masjid Christchurch. Brenton Tarrant (wajahnya disamarkan) tampil di sidang atas pembunuhan massal di dua masjid di Christchurch, Ahad (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Pelaku penembakan di masjid Selandia Baru yang diduga merupakan pengikut Supremasi Kulit Putih mengunjungi negara-negara Balkan dalam tiga tahun terakhir. Dia mengunjungi situs-situs bersejarah dan diduga belajar mengenai perang antara Kristen dan kepimpinan negara Ottoman.

Dilansir AP, kunjungan Brenton Tarrant, pelaku penembakan yang menewaskan 50 orang di Selandia Baru itu telah dikonfirmasi pihak berwenang di Bulgaria, Turki, dan Kroasia. Tarrant bepergian ke negara tersebut pada periode 2016-2018. Otoritas Anti-Terorisme Hongaria juga mengatakan Tarrant mengunjungi negara tersebut tetapi tidak mengungkap informasi lebih jauh. Media lokal Bosnia melaporkan kunjungan Tarrant pada 2017.

Baca Juga

Otoritas di negara-negara tersebut mengatakan mereka menginvestigasi pergerakan Tarrant dan kontak yang mungkin dilakukannya dengan penduduk lokal.

Dalam siaran langsung yang dilakukan Tarrant selama penembakan, Jumat (15/3), dia mengungkap sikap fasisnya terhadap konflik agama di Eropa dan negara Balkan, wilayah paling banyak kekerasan pecah di Eropa. Lagu yang diputar Tarrant saat dia berkendara menuju masjid di Christchurch termasuk lagu nasionalis Serbia pada 1992-1995 dalam perang Bosnia yang memecah negara Yugoslavia. Lagu tersebut mengagungkan tentara Serbia dan pemimpin politik Serbia Bosnia, Radovan Karadzik, yang dipenjara oleh pengadilan perang PBB karena genosida dan kejahatan perang lain terhadap Muslim Bosnia.

Senjata yang dipakai Tarrant menuliskan nama legenda Serbia Montenegro yang berperang melawan kepimpimpinan 500 tahun Muslim Ottoman di negara-negara Balkan. Nama itu ditulis dalam alfabet Cyrillic yang digunakan oleh dua negara kristen Ortodox. Dalam manifesto 74 halaman yang dia unggah di sosial media, Tarrant mengatakan dia adalah penganut supremasi kulit putih yang ingin balas dendam terhadap serangan Muslim di Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement