Ahad 17 Mar 2019 10:17 WIB

Tragedi Masjid Chrishchurch, Korban Meninggal Berpelukan

Pelaku penembakan menembaki orang tua yang berada di dekat pintu utama masjid.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Anggota masyarakat berduka di sebuah memorial bunga di dekat Masjid Al Noor di Deans Rd di Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019.
Foto: EPA-EFE/Mick Tsikas
Anggota masyarakat berduka di sebuah memorial bunga di dekat Masjid Al Noor di Deans Rd di Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Seorang pria yang selamat dari serangan teroris di Masjid Linwood, Selandia Baru merasa hancur akan kematian rekan-rekannya yang beribadah. Mazharuddin Syed Ahmed mengatakan dia bersyukur dia masih hidup, tetapi terkejut dia kehilangan lima teman dalam serangan penembakan masjid tersbeut.

"Itu seperti pertunjukan horor. Ada banyak anak-anak dan orang tua yang tidak bisa bergerak. Aku membeku, aku tidak tahu harus berbuat apa," kata Ahmed dilansir di New Zealand Herald, Ahad (17/3).

Baca Juga

Syed Ahmed bersembunyi di gudang kecil dan berbaring. Tapi dia bisa melihat pria bersenjata itu menembak pria dan perempuan tua yang duduk di dekat pintu utama dan di tengah ruang terbuka. Salah satu temannya mencoba untuk menangani pria bersenjata yang akhirnya kehilangan kendali atas senjatanya. Ayah dua anak itu menyaksikan teman dekatnya itu mati karena banyak luka dan merasa lega karena temannya selamat setelah operasi intensif.

"Mengerikan, dia menangis minta tolong dan saya tidak bisa melakukan apa-apa. Dia banyak berdarah tapi saya tidak bisa menemukan lukanya. Bahunya tertembak dan dia terus berkata 'tolong hubungi dokter, hubungi dokter'."

"Saya tidak ingin meninggalkannya tetapi saya berlari mencari bantuan. Kami menunggu ambulans tetapi saya sangat khawatir dia berdarah terus, sehingga bisa berakibat fatal - tetapi untungnya dia berhasil diselamatkan," kata Ahmed.

Anak perempuan Syed Ahmed yang berusia 14 tahun, Huda, kehilangan temannya Sayyad Milne, juga 14 tahun, pada Jumat. Ibunya memberi tahu bahwa Sayyad duduk di masjid di dekat pintu utama.

"Dia berada di salah satu kelas saya dan dia adalah anak laki-laki yang luar biasa. Dia memiliki kursi yang dia sukai di masjid, itu adalah tempat dia, dia berada di dekat pintu masuk dan dia tertembak. Kami sangat dekat dengan keluarganya. Untuk ibunya, Tuhan, kebaikanlah yang telah diambil," tuturnya.

Sementara istri Syed Ahmed berusaha mencari tahu tentang Sayyad, dia mengetahui bahwa teman suaminya, Mohammad Imran Khan, dilaporkan hilang. Temannya, Linda Armstong meninggal dalam pelukan teman yang lain.

"Akan ada lubang besar dalam hidup kita dengan semua saudara dan saudari kita pergi - orang-orang hebat yang luar biasa yang kemungkinan akan meninggal," katanya.

Masjid Al Noor di seberang taman Hagley dan Masjid Linwood di dekat Phillipstown, diserang sekitar pukul 1.40 siang pada Jumat. Lima puluh orang telah terbunuh dan 50 lainnya terluka, 36 orang masih dirawat di Rumah Sakit Christchurch. Seorang pria Australia berusia 28 tahun, Brenton Tarrant, didakwa melakukan pembunuhan.

Syed Ahmed dan keluarganya meninggalkan Saudi dan berimigrasi ke Christchurch lima tahun yang lalu untuk menyelesaikan gelar PhD di bidang teknik.

"Saya pikir orang Selandia Baru baik dan menerima kami. Kami ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan mereka. Apa yang terjadi tidak dapat dipercaya - ini bukan Selandia Baru. Ini adalah satu-satunya tempat di dunia yang Anda dapat hidup dengan bebas dan damai. Tapi saya sangat senang bisa hidup," kata Ahmed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement