REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Keluarga dari 50 orang yang terbunuh dalam penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru mengalami penantian yang semakin menyakitkan. Keluarga menanti jenazah orang yang mereka cintai untuk segera dimakamkan.
Tiga hari setelah serangan penembakan paling mematikan di Selandia Baru dalam sejarah modern, kerabat dengan cemas menunggu kabar tentang kapan mereka bisa menguburkan orang yang mereka cintai. Tradisi Islam menyerukan agar mayat dibersihkan dan dikuburkan sesegera mungkin setelah kematian.
"Sangat meresahkan tidak tahu apa yang terjadi, jika Anda memberi tahu saya - apakah dia masih di masjid? Apakah dia di dalam lemari pendingin? Dimana dia?" ujar Aya Al-Umari, yang kakak laki-lakinya, Hussien Al-Umari meninggal di Masjid Al Noor.
Pihak berwenang mengatakan mereka berharap semua jenazah bisa dikembalikan ke keluarga mereka pada Rabu. Sebelumnya, seorang pria Australia berusia 28 tahun, Brenton Tarrant didakwa sebagai pelaku pembunuhan terhadap puluhan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah di dua masjid di Selandia Baru.
New Zealand Herald pada Ahad (17/3) melaporkan, serangan teroris yang dilakukan Brenton di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood mengakibatkan 50 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka. Sebanyak 36 orang masih dirawat di Rumah Sakit Christchurch.
