REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Polisi Selandia Baru telah menyerahkan enam jenazah korban pembantaian Christchurch kepada keluarga, Selasa (19/3). Namun, polisi memperingatkan hanya sebagian kecil yang telah teridentifikasi.
Polisi menyatakan, dari 50 otopsi telah disimpulkan, tetapi hanya 12 korban telah berhasil diidentifikasi petugas pemeriksa jenazah. Enam dari korban yang diidentifikasi telah dikembalikan ke keluarga mereka.
Penundaan itu telah menyebabkan kekhawatiran di antara keluarga orang yang meninggal. Mereka ingin mengikuti sesuai dengan tuntunan Islam dan menguburkan orang yang mereka cintai dalam waktu 24 jam.
Mohamed Safi, yang ayahnya Matiullah Safi meninggal di masjid Al Noor, sebelumnya menyuarakan keresahan kepada para pejabat. Sebab, mereka tidak memberikan keluarga yang berduka indikasi kapan mayat akan dirilis.
Menurutnya, polisi hanya mengatakan tengah melakukan prosedur yang sesuai dengan ketentuan. "Tapi proses apa? Kenapa saya tidak tahu apa yang kamu lalui untuk mengidentifikasi mayat. Kenapa saya tidak dihubungi sebagai anggota keluarga dekat?" ucapnya.
Polisi menyatakan mereka begitu menyadari keresahan dari para keluarga korban. Mereka harus menunggu lama untuk proses identifikasi setelah serangan teror terjadi pada Jumat (15/3).
"Kami juga mencari cara untuk meningkatkan komunikasi kami dengan keluarga dan memastikan mereka mendapat informasi lengkap tentang apa yang terjadi," kata kepolisian.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk melakukan pekerjaan ini secepat mungkin dan mengembalikan para korban kepada orang yang mereka cintai," ujarnya.