REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Kantor-kantor pemerintahan di seluruh Belanda mengibarkan bendera setengah tiang. Hal itu untuk memperingati tiga orang yang meninggal dalam penembakan massal di Utrecht, Senin (18/3) kemarin.
Pelaku penembakan seorang laki-laki asal Turki yang berusia 37 tahun Gokmen Tanis sudah ditangkap polisi. Tanis akhirnya ditangkap setelah polisi dan pihak berwenang Belanda lainnya melakukan pemburuan selama tujuh jam.
Pada Selasa (19/3), pihak berwenang Belanda mengatakan mereka masih mencari tahu motif dari penembakan yang terjadi di trem tersebut. Sebab penembakan yang juga melukai lima orang itu terjadi di lingkungan yang cukup tenang.
Dalam acara bincang malam di televisi Komisioner Polisi Regional Rob van Bree mengatakan belum diketahui hubungan antara pelaku dan korban. Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan motif terorisme belum dapat diabaikan.
Dalam konferensi persi Jaksa Tinggi wilayah Utrecht Rutger Jeuken mengatakan ada kemungkinan motif penembakan masalah keluarga. Kepada wartawan, Jeuken hanya mengatakan pelakunya sudah ditangkap tapi ia tidak memberikan informasi lebih lanjut.
Sampai saat ini belum ada komentar baik dari Tanis maupun pengacara yang mewakilinya. Surat kabar Belanda Algemeen Dagblad mengidetifikasi dua korban penembak yakni seorang perempuan muda berusia 19 tahun yang bekerja di sebuah cafe dan seorang pelatih sepak bola setempat yang juga ayah dari dua anak yang masih kecil.
Kedua korban memiliki nama keluarga orang Belanda. Korban ketiga belum diidentifikasi oleh polisi dan media.
Kepolisian Utrecht tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai keterangan. Tapi mereka menggungah pernyataan di Twitter yang mengatakan akan segera memberikan keterangan kepada media.
Utrecht adalah kota terbesar keempat di Belanda dengan populasi sebesar 340 ribu jiwa. Kota itu dikenal dengan kanal-kanal yang indah dan kota mahasiswa. Seperti kota-kota Belanda lainnya, di Utrecht sangat jarang terjadi pembunuhan yang melibatkan senjata api.