Rabu 20 Mar 2019 12:06 WIB

Muslim Selandia Sudah Lama Jadi Target Supremasi Kulit Putih

Perhatian terhadap aktivitas kelompok ekstremis sayap kanan sangat kurang.

 Keluarga Adam Awad, termasuk putrinya Munera, mengaku mengalami pelecehan dari ektrimis supremasi kulit putih di Selandia Baru. (ABC News: Tobias Hunt)
Keluarga Adam Awad, termasuk putrinya Munera, mengaku mengalami pelecehan dari ektrimis supremasi kulit putih di Selandia Baru. (ABC News: Tobias Hunt)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menteri Hukum Selandia Baru Andrew Little mengakui rencana penanganan kelompok ekstremis supremasi kulit putih belum rampung ketika terjadi serangan teror di Christchurch pekan lalu.

Sasaran Kebencian

Baca Juga

  • Masyarakat Muslim berharap pihak berwajib memantau kelompok ekstremis supremasi kulit putih di Selandia Baru.
  • Mantan politikus membenarkan adanya kelalaian intelijen.
  • Respons masyarakat Selandia Baru atas serangan teror memulihkan kepercayaan diri umat Islam di sana.

Dalam wawancara dengan media setempat, Andrew Little menjelaskan baru pada tahun lalu Security Intelligence Service (SIS) melakukan penanganan kelompok kanan yang mulai bermunculan. Pernyataan Menteri Little tidak mengejutkan umat Islam di Selandia Baru. Mereka selama ini merasakan ancaman kelompok nasionalis kulit putih belum ditangani secara baik.

Seorang warga keturunan Eritrea Ibrahim Omer menyatakan, umat Islam terlalu diawasi oleh pihak berwajib, sedangkan kelompok ekstremis kulit putih pada umumnya diabaikan. Menurut dia, jika komentar pelaku penembakan tersebut disampaikan oleh orang Islam, pihak berwajib pasti akan menanggapinya secara serius.

photo
Warga Selandia Baru asal Eritrea Ibrahim Omer menilai umat Islam terlalu diawasi sementara ekstremis supremasi kulit putih diabaikan. (ABC News: Tobias Hunt)

"Saya yakin orang Islam yang berkomentar seperti dia pasti akan mendapat masalah," katanya kepada ABC.

Menurut Omer, sudah banyak warga Muslim melapor ke polisi karena menjadi sasaran ekstremis supremasi kulit putih di Kota Wellington dan sekitarnya. Sasaran itu berupa pelecehan secara online atau di jalanan.

Dia mengaku mendengar banyak orang Islam setempat yang dikejar kelompok supremasi kulit putih yang penuh kebencian dan rasialis. "Sejumlah wanita juga diteriaki agar pulang kembali ke negara asalnya. Kadang juga jilbab mereka ditarik sampai lepas. Kami sudah tahu ada masalah sebelum serangan itu. Tapi kami tak menyangka akan sebesar ini," ujar Omer.

 

Hal ini dialami warga keturunan Somalia Adam Awad. Dia pindah ke Selandia Baru sejak 2001 dan kini dikaruniai empat anak.

Awad berharap kelompok supremasi kulit putih di Selandia Baru mendapat pengawasan lebih ketat. "Kebencian mereka sangat kuat. Hal ini sudah rahasia umum di Wellington dan di seluruh negeri ini," ujarnya.

"Kami menjadi sasaran. Diteriaki 'kembali ke tempat asalmu'. Anak-anak dan keluargaku banyak mengalaminya," kata Awad.

Menurut Awad, orang-orang tersebut hidup secara terbuka di sekitar mereka. "Mereka melecehkan orang di supermarket, bahkan di tempat olahraga," katanya.

photo
Mantan politikus Peter Dunne mendesak perlunya evaluasi terhadap badan intelejen Selandia Baru. (ABC News: Tobias Hunt)

Pelecehan ini, katanya, juga sudah sering disampaikan sejumlah jamaah masjid. "Orang Islam dimonitor secara agresif, tapi para ekstremis sayap kanan tidak diawasi," ujarnya.

Mantan politikus Peter Dunne menyatakan perhatian terhadap aktivitas kelompok ekstremis sayap kanan sangat kurang selama ini. "Saya tak mengatakan mereka tidak diawasi. Tapi sejauh ini belum pernah ada laporan tentang hal itu," katanya.

Meski demikian, Ibrahim Omer mengaku masih memiliki kepercayaan pada masyarakat Selandia Baru. "Ketika jadi sasaran kebencian, saya bertanya-tanya apakah masih akan tinggal di Selandia Baru karena saya kira orang-orang seperti itu ada di mana-mana," katanya.

"Kemudian hal ini terjadi. Kami melihat reaksi masyarakat sini, dukungan mereka. Mereka datang ke masjid dan menangis. Mereka yang belum pernah berhubungan dengan orang Islam atau melihat masjid sama sekali, datang ke masjid, menangis bersama kami, berduka dengan kami," ujarnya.

Hal itu, katanya, yang menjadikan dirinya yakin masih adanya toleransi masyarakat Selandia Baru.

Ikuti juga berita lainnya dari ABC Australia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-03-20/umat-islam-di-selandia-baru-sudah-lama-jadi-sasaran-supremasi-k/10920072
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement