REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Sekitar 1.000 anggota pasukan keamanan Venezuela telah pergi ke Kolombia sejak bulan lalu. Mereka menanggalkan senjata dan seragam untuk pergi meninggalkan pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Kementerian Luar Negeri Kolombia merilis jumlah polisi dan militer Venezuela yang melintasi perbatasan. Tercatat, ada 400 anggota keluarga polisi dan militer yang ikut pergi meninggalka Venezuela. Mereka mendapatkan penginapan, perawatan kesehatan, dan bantuan hukum.
Dilaporkan 9News, Kamis (21/3), seorang kapten tentara, Jean Marchena Castillo mengatakan, pasukan pro-Maduro mengancam kerabat mereka yang melarikan diri dari Venezuela. Selain itu, gaji militer dan polisi terlalu kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Perwakilan oposisi di Kolombia, Humberto Calderon Berti akan bekerja sama dengan otoritas Kolombia, untuk memberikan pelatihan dan kesempatan kerja bagi mereka.
Seorang politisi pro-Maduro, Diosdado Cabello mengatakan, pasukan keamanan yang melarikan diri ke Kolombia telah menerima suap untuk melakukannya. Namun, hal ini dibantah oleh para pasukan keamanan tersebut. Meskipun tengah menghadapi pembelotan, Maduro tetap mempertahankan dukungan dari para pemimpin militer penting Venezuela.
Dukungan dari para pemimpin militer tersebut sangat penting untuk menentukan hasil dari perebutan kekuasaan negara. Sebelumnya, Maduro menuding pemimpin oposisi Guaido merupakan kolaborator dalam rencana Amerika Serikat (AS) untuk menggulingkan pemerintah Venezuela.
Hampir seminggu setelah pemadaman listrik terparah, kesulitan di Venezuela semakin meningkat. Maduro disebut akan merombak kabinet. Sementara itu, Wakil Presiden Delcy Rodriguez dalam Twitter-nya mengatakan, beberapa rotasi menteri mungkin akan diperlukan.
Lebih dari 3 juta rakyat Venezuela telah melarikan diri dari negaranya dalam beberapa tahun terakhir. Sepertiga dari mereka mencari perlindungan di Kolombia.