Sabtu 23 Mar 2019 00:57 WIB

Mahathir Sebut Israel 'Negara Perampok'

Malaysia selalu menikmati hubungan persahabatan negara di dunia, kecuali Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andi Nur Aminah
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad
Foto: The Star
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad kembali mengeluarkan pernyataan keras terhadap Israel dengan menyebut negara tersebut 'negara perampok'. Hal itu sebagai bentuk dukungan Malaysia atas perjuangan Palestina.

Mahathir mengungkapkan, Malaysia selalu menikmati hubungan persahabatan dengan setiap negara di dunia, kecuali Israel. “Kami tidak menentang orang Yahudi, tapi kami tidak bisa mengakui Israel karena pendudukannya atas tanah Palestina,” kata Mahathir dalam pidatonya saat berkunjung ke Pakistan, Jumat (22/3), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Ia menyatakan pendudukan Israel atas tanah Palestina tidak bisa dibenarkan atas dalih apapun. “Anda tidak dapat merebut tanah orang lain dan membentuk negara. Ini seperti sebuah negara perampok,” ujar Mahathir.

Pernyataan Mahathir tersebut muncul sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai milik Israel. Hal itu menuai banyak kritik, termasuk dari Uni Eropa, Rusia, Jerman, Prancis, dan Turki.

Menurut mereka, diakuinya Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel jelas melanggar hukum internasional. Sebab Israel merebut wilayah itu dari Suriah pasca Perang Arab-Israel berakhir pada Juni 1967. Tel Aviv resmi menganeksasi Golan pada 1981.

Pada Desember 2017, Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan itu ditentang oleh banyak pihak, terutama negara-negara Arab. Langkah tersebut dinilai telah menerabas berbagai konsensus internasional. Di sisi lain, diakuinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel memperkecil prospek keberhasilan solusi dua negara Palestina-Israel.

Hal itu pun terbukti.

Tak lama setelah Trump mengakui Yerusalem ibu kota Israel, Palestina memutuskan mundur dari perundingan damai dengan Tel Aviv. Palestina menilai AS tidak menjadi mediator yang netral karena terbukti memihak dan membela kepentingan politik Israel. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement