REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para menteri luar negeri (menlu) perempuan dari sejumlah negara berkumpul di Tokyo, Jepang, hari ini dalam pertemuan World Assembly for Women (WAW). Pertemuan rutin itu kini memasuki tahun kelima. Setiap tahunnya, para utusan dari masing-masing negara membahas soal peran perempuan dalam mendorong perdamaian dunia.
Wakil Presiden Panama, dan para Menteri Luar Negeri (Menlu) perempuan dari delapan negara hadir pada Sabtu (23/3) waktu Tokyo. Menlu Indonesia Retno LP Marsudi mengatakan, peran perempuan sebagai agen perdamaian dan toleransi dunia merupakan hal penting. Sebab, kaum hawa juga memiliki kualitas kepemimpinan, rasa empati, melindungi, dan solidaritas yang tinggi, sehingga memungkinkan untuk dapat menjadi agen perdamaian yang efektif.
"Saya sangat percaya, dengan kekuatan peran perempuan dalam mendorong perdamaian. Mari kita bekerja sama dalam mendorong peran serta perempuan sebagai agen perdamaian dan toleransi," ujar Menlu Retno dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (24/3).
Dia menyampaikan, kualitas kepemimpinan seorang perempuan dapat terlihat, misalnya, dari sosok Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Arden. Baru-baru ini, Selandia Baru menghadapi serangan teror di Christchurch pada pekan lalu.
Langkah-langkah yang diambil PM Jacinda Arden untuk menghadapi tragedi tersebut menunjukan empati yang besar. Oleh karena itu, dia di tengah rakyat Selandia Baru dapat menumbuhkan solidaritas dan menunjukan peran sebagai ibu bangsa.
Kepemimpinan semisal Jacinda Arden menunjukan, perempuan memiliki kemampuan untuk berperan besar dalam mengusung perdamaian. Perempuan dapat berpartisipasi sebagai negosiator dan mediator.
"Saya yakin negosiatior dan mediator perempuan akan berkontribusi lebih dalam menjaga perdamaian dan kestabilan" tegas Menlu Retno LP Marsudi, Ahad (24/3).
Dalam kaitan ini, lanjut Menlu, Indonesia dan ASEAN akan menyelenggarakan pelatihan regional tentang perempuan, perdamaian dan keamanan. Sasaran pelatihan itu nantinya adalah para diplomat perempuan dari semua negara ASEAN.
Kegiatan tersebut pun diharapkan dapat menjadi momentum membangun jaringan negosiator dan mediator perdamaian perempuan di Asia Tenggara. Retno juga mendorong para menteri perempuan untuk mengambil langkah serupa di kawasannya masing-masing, sehingga kapasitas perempuan sebagai negosiator dan mediator perdamaian dapat kian kentara.
Harapannya, jaringan para menlu perempuan ini dapat memengaruhi jaringan serupa di kawasan lainnya. Dengan begitu, mereka dapat turut berkontribusi nyata dalam penciptaan stabilitas dan perdamaian global.
Disela-sela pertemuan World Assembly for Women (WAW) itu, Menlu RI juga melakukan pertemuan dengan menlu Jepang, Toshiko Abe. Dalam kesempatan itu, kedua menteri membahas upaya dalam memperkuat kerja sama bilateral, termasuk terkait pengiriman tenaga kerja terampil dari Indonesia ke Jepang. Keduanya juga membahas kerja sama pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Indo-Pasifik.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno LP Marsudi melakukan pertemuan World Assembly Women dengan Wakil Menlu Panama serta delapan Menlu perempuan dunia di Tokyo, Sabtu (23/3)
Sebagai Menlu Indonesia perempuan pertama dan mewakili negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia dipandang memiliki kredensial yang lengkap dalam memajukan peran perempuan. Keberhasilan Indonesia ini juga sangat sangat dilihat dari komitmen kuat Presiden Joko Widodo dengan menempatkan sejumlah Menteri Perempuan dengan portofolio yang strategis dalam Kabinet Kerja.
Jepang menjadi tuan rumah WAW Kelima, bekerja sama dengan Women 20, sebuah grup di bawah naungan G-20 yang menyuarakan isu pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan pertumbuhan yang inklusif. Forum tersebut merupakan bentuk komitmen Jepang untuk pengarusutamaan isu gender dan pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang.