REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela kembali mengalami pemadaman listrik kedua, sehingga menyebabkan aktivitas di bandara lumpuh dan kegiatan ekonomi terhenti. Listrik padam di sebagian besar kota Caracas dan wilayah lainnya pada sore hari.
Menteri Informasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan, aliran listrik telah dipulihkan di sejumlah daerah dalam beberapa jam. Dalam sebuah siaran televisi, Rodriguez mengatakan, pemerintah sedang berupaya menyalakan kembali aliran listrik secara progresif.
"Kami telah mengalami serangan baru pada sistem mutan dan transmisi listrik nasional kami," ujar Rodriguez, Selasa (26/3).
Rodriguez menambahkan, pemadaman listrik ini memiliki karakteristik yang mirip pada pemadaman listrik sebelumnya yang terjadi pada 7 Maret 2019. Rodriguez tidak secara eksplisit menyalahkan individu atau kelompok tertentu atas pemadaman listrik tersebut.
"Niat sayap kanan Venezuela adalah untuk menyerang, menimbulkan kecemasan, dan kesedihan untuk merebut kekuasaan dan mencuri semua sumber daya kita," kata Rodriguez.
Sejumlah saksi mata mengatakan, listrik di daerah selatan Venezuela seperti kota Puerto Ordaz dan Valencia yang merupakan kota terbesar ketiga di negara tersebut. Akibat pemadaman listrik tersebut toko-toko tutup lebih awal untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penjarahan.
Selain itu, pihak berwenang juga menutup kereta bawah tanah Caracas karena kekurangan daya listrik. Sementara jalan-jalan kota dipenuhi oleh orang-orang yang memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah-rumah mereka. Tampak pula bus angkutan umum yang penuh sesak oleh penumpang.
Pemadaman listrik juga berdampak pada Bandara Maiquetia di dekat Caracas, meskipun penerbangan tidak dibatalkan. Petugas bandara tampak memeriksa paspor penumpang dengan menggunakan senter dan pemeriksaan x-ray tetap berjalan memakai generator cadangan.
Seorang pekerja di sebuah bank di Caracas timur, Elizabeth Contreras (50 tahun) menyebut pemadaman listrik ini sebagai kejadian yang mengerikan. Dia khawatir tidak bisa menjemput cucu-cucunya dan pulang ke rumah.
"Mengerikan, ini adalah situasi yang tidak bisa kami toleransi. Aku harus menjemput cucu-cucuku, itu yang membuatku khawatir," ujar Contreas.
Pemadaman listrik terjadi kurang dari dua pekan setelah pemadaman berkepanjangan yang melanda Venezuela pada 7 Maret 2019. Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan, pemadaman listrik merupakan serangan oleh Amerika Serikat (AS). Namun, para ahli lokal menyatakan, pemadaman listrik terjadi karena kurangnya pemeliharaan dan investasi.
Pada pemadaman listrik sebelumnya empat orang tewas dan 300 lainnya ditahan karena terlibat penjarahan dan aksi protes. Organisasi Kedokteran Venezuela mencatat, 26 orang meninggal dunia di rumah sakit umum selama pemadaman listrik. Selain itu, ekspor minyak mentah juga terhenti. Namun, pihak perusahaan minyak milik negara, PVSA tidak bisa dihubungi untuk menanggapi dampak dari pemadaman listrik tersebut.