Rabu 27 Mar 2019 17:56 WIB

USAID Kucurkan Rp 18 Miliar Bantu Kelola Sampah Indonesia

Dana dari USAID diberikan kepada enam organisasi masyarakat sipil Indonesia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Tumpukan sampah di Danau Sentani, Sentani, Jaya Pura, Papua, Rabu (20/3/2019).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Tumpukan sampah di Danau Sentani, Sentani, Jaya Pura, Papua, Rabu (20/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat  (USAID) menyerahkan dana bantuan untuk pengelolaan dan daur ulang sampah kepada enam organisasi masyarat sipil Indonesia. Total bantuan sebesar Rp 18 miliar ini disertai bantuan teknis.

"Meskipun tantangan mengatasi sampah plastik di laut bersifat global, solusinya harus lokal," kata Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr, Rabu (27/3).

Baca Juga

Setiap tahun delapan juta ton sampah plastik dibuang ke lautan dan berpotensi masuk ke dalam rantai makanan manusia melalui ikan. Sejak 2016, Municipal Waste Recycling Programm USAID memberikan dana hibah dan bantuan teknis ke organisasi masyarakat beberapa negara-negara Asia yang berusaha mengatasi persoalan tersebut.

USAID memberikan dan hibah ke organisasi masyarakat dari Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka yang berupaya mengurangi polusi plastik di laut. Dubes Donovan mengatakan pemerintah AS melalui USAID mempromosikan pendekatan lokal untuk mengurangi plastik laut dengan memberikan dana hibah ke organisasi yang mencari solusi inovatif mengatasi tantangan sampah plastik.

"Penandatanganan hibah ini merupakan tonggak penting dalam hubungan 70 tahun hubungan diplomatik kami, yang kami rayakan pada tahun 2019. Kami bangga dengan kemitraan ini yang akan membantu memastikan genarasi masa depan yang sejahtera dan sehat," kata Donovan.

Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Tukul Rameyo Adi yang turut hadir dalam penandatanganan ini mengatakan penanganan polusi sampah laut dari sumber sampai ke laut telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia. Indonesia sudah memiliki Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut.

"Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah laut sampai 70 persen pada tahun 2050, perikanan, ketahanan pangan dan ekonomi pariwisata kami tergantung pada laut yang sehat, oleh karena itu kami menetapkan target yang ambisius," kata Adi.

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target nasional mengurangi timbulan sampah hingga 30 persen. Mengelola sisa 70 persennya untuk mencapai target 100 persen pengelolaan sampah pada tahun 2050.

"Kami telah menetapkan prinsip-prinsip 3R, reduce-reuse-recycle, dan ekonomi sirkular dalam kebijakan dan strategi pengelolaan sampah," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Novrizal Tahar.

Penerima hibah yakni Yayasan Bintari di Kota Semarang, Yayasan Misool di Kota Sorong, Yayasan Gringgo di Kota Denpasar, Divers Clean Action di Kepulauan Seribu, Transformasi Indonesia di Kabupaten Gowa, dan Yayasan Pengembang Biosains dan Bioteknologi (YPBB) di Bandung. Mereka akan bekerja bersama masyarakat, pemerintah daerah dan sektor swasta mencari solusi efektif dalam pengelolaan sampah.

Yayasan Bintari dan Yayasan Misool akan memperkuat bank sampah yang beroperasi di Semarang dan Sorong. Mereka akan meningkatkan kapasitas daur ulang, menghubungkan inisiatif yang dibangun masyarakat daur ulang skala kecil, dan memberi insentif kepada pengumpul plastik habis pakai.

Divers Clean Action dan Gringgo Indonesia Foundation akan bekerja dengan operator pengelolaan sampah di Kepulauan Seribu dan Kota Denpasar. Mereka meningkatkan sistem pengumpulan limbah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dan aplikasi mobile inovatif yang melacak pengumpulan limbah rumah tangga.

Transformasi Indonesia dan YPBB akan bekerja di Gowa dan Kota Bandung. Mereka berbagi dan mereplikasi model pengelolaan limbah yang terbukti berhasil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement