REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari Venezuela, Rabu (27/3). Ia mengatakan, akan menggunakan segala pilihan untuk membuat Rusia menarik pasukannya.
"Rusia harus keluar. Kita akan lihat, semua opsi terbuka," kata Trump di Oval Office, di mana ia bertemu dengan istri Guaido, Fabiana Rosales.
Sebelumnya ada kedatangan dua pesawat angkatan udara Rusia di luar Caracas pada Sabtu. Pesawat diyakini membawa hampir 100 pasukan khusus Rusia, dan personel keamanan siber, yang meningkatkan krisis politik di Venezuela.
Adapun Cina dan Rusia mendukung Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Sementara, AS dan sebagain besar negara barat lainnya mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.
Pada Januari, Guaido telah meminta konstitusi untuk mengambil alih kepresidenan sementara Venezuela. Alasan Guaido yakni karena pemilihan kembali Maduro pada 2018 tidak sah.
Sementara itu, Maduro tetap memegang kendali fungsi negara dan militer negara itu. Ia menyebut Guaido sebagai boneka AS.
Wakil Duta Besar Rusia untuk Rusia, Dmitry Polyanskiy mengatakan, Rusia memiiki hubungan dan perjanjian bilateral dengan Venezuela dan Maduro yang mereka hormati. Hal tersebut ia sampaikan melalui media sosial, Twitter.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan, AS harus menarik pasukan dari Suriah sebelum menyuruh Moskow untuk menarik diri dari Venezuela.
"Sebelum memberikan saran kepada seseorang untuk menarik diri dari suatu tempat, Amerika harus menghidupkan konsep eksodusnya sendiri, terutama dari Suriah," kata Zakharova.
Di sisi lain, ekonomi Venezuela dalam keadaan terpuruk dengan persediaan makanan dan obat-obatan terbatas karena hiperinflasi selama bertahun-tahun. Saat ini, warga negara itu juga mengalami penderitaan akibat pemadaman listrik.
Pada awal tahun, pemerintahan Trump memberikan sanksi pada perusahaan minyak milik negara, dikenal dengan PDSVA, untuk mencoba memotong pendapatan Maduro. Minyak memberikan 90 persen pendapatan ekspor Venezuela. Trump mengatakan, sanksi yang lebih keras masih akan datang lagi.