REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perusahaan teknologi Jepang Sony akan menutup pabrik telepon pintar mereka di Cina dalam beberapa hari ke depan. Juru bicara perusahaan tersebut mengatakan Sony ingin memotong ongkos produksi.
Pada Kamis (25/3), juru bicara Sony mengatakan perusahaannya akan memindahkan produksi ke pabrik di Thailand. Pemindahan itu sebagai upaya mengurangi biaya produksi telepon pintar dan membuatnya menguntungkan pada April 2020.
Juru bicara tersebut mengatakan pemindahan produksi tersebut tidak ada hubungannya dengan ketegangan perdagangan Cina-AS. Dalam beberapa pekan terakhir penjualan telepon pintar Sony berada di titik terendah. Mereka bersiap untuk kehilangan 95 miliar yen atau 863 juta dolar AS pada tahun fiskal mereka akhir bulan ini.
Beberapa pakar mengatakan Sony harus menjual bisnis mereka di tengah kompetisi harga yang semakin tajam dengan rival-rival Asia mereka. Pasar global perusahaan tersebut sudah hilang satu persen. Tahun ini mereka hanya mengirimkan 6,5 juta unit yang kebanyakan ke Jepang dan Eropa.
Namun diprediksi Sony tidak akan menjual bisnis telepon pintar mereka. Sebab kini sudah dimulainya teknologi generasi kelima jaringan tanpa kabel di mana telepon pintar akan terhubung dengan mobil dan berbagai perangkat teknologi lainnya.
Tahun lalu, perusahaan elektronik Jepang lainnya, Fujitsu sudah menjual bisnis telepon pintar mereka ke Polaris Capital Group. Maka hanya ada tiga perusahaan telepon pintar di Jepang yaitu Sony, Sharp, dan Kyocera.
Pasar telepon pintar didominasi Apple, Samsung, dan merek-merek Cina lain yang harganya lebih murah. Tahun lalu, Samsung mengatakan akan menghentikan operasi pabrik telepon pintar di Cina karena penjualan penguasa pasar global itu sempat menurun.