REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jumlah anak-anak dan pensiunan yang hidup dalam garis kemiskinan cenderung meningkat kurun waktu 2017-2018. Kondisi itu, mengacu pada laporan Departemen Pekerjaan dan Pensiun, diakibatkan oleh peningkatakn inflasi diikuti biaya rumah yang lebih membesar.
Kesenjangan antara kelompok masyarakat juga melonjak akibat kenaikan pendapatan yang hanya dirasakan oleh golongan kaya. Sementara, kondisi yang dihadapi rumah tangga berpenghasilan rendah bertolak belakang.
Sejumlah organisasi antikemiskinan telah menyerukan perubahan kepada pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang mulai memburuk sejak April 2018. Sejumlah analis juga memperkirakan kondisi kemiskinan dan kesenjangan di Inggris akan semakin memburuk hingga periode 2020-2030.
Sekretaris Jenderal British Trades Union Congresss (TUC), Frances O’Grady, mengatakan, kondisi upah rendah, pekerjan yang rentan, dan penghentian pemberian bantuan kepada keluarga miskin menjebak mereka yang hidup di garis kemiskinan.
“Kita perlu mendesain ulang ekonomi agar kembali adil. Orang-orang membutuhkan lebih banyak kontrol atas kehidupan kerja mereka dan bagian yang lebih adil dari kekayaan yang mereka ciptakan,” kata Frances sebagaimana dilansir dari The Guardian, Jumat (29/3).
Menurut dia, sebuah rumah tangga dianggap rentan miskin jika pendapatan yang diperoleh di bawah 60 persen dari rata-rata pendapatan sebuah keluarga sebesar 507 euro dalam satu minggu. Besaran pendapatan itu merupakan rata-rata pendapatan selama tahun 2017-2018.
Mereka, para keluarga miskin, dapat dikatakan miskin absolut jika pendapatan mereka dibawah 60 persen dari rata-rata pendapatan per minggu pada 2010-2011 silam.
Berdasarkan data yang diperoleh The Guardian, jumlah anak-anak dan pensiunan yang statusnya dinyatakan miskin absolut meningkat kurang lebih 200 ribu jiwa kurun 2017-2018. Kemiskinan pada anak tetap menunjukkan tren yang meningkat meskipun sebelumnya terdapat tren penurunan biaya perumahan.
Akibat kondisiitu, sekitar 30 persen anak-anak di Inggris atau sebanyaj 4,1 juta hidup dalam garis kemiskinan. Ironisnya, 70 persen anak-anak yang hidup dalam garis kemiskinan itu, merupakan anggota dari keluarga yang memiliki pekerjaan.