Sabtu 30 Mar 2019 21:55 WIB

Ribuan Warga Palestina Peringati Great March of Return

Pengunjuk rasa mulai mendekati pagar perbatasan Gaza dengan Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan warga Palestina berkumpul di dekat pagar perbatasan Israel untuk memperingati satu tahun Great March of Return. Puluhan sukarelawan dengan rompi berwarna terang telah bersiap untuk menahan demonstran agar tidak terlalu dekat dengan pagar perbatasan.

Sejumlah ambulans juga telah disiagakan di depan klinik medis, dan petugas keamanan Hamas di lokasi demonstrasi terlihat mengenakan seragam militer untuk pertama kalinya. Dilaporkan Aljazirah, Sabtu (30/3), beberapa pengunjuk rasa mulai mendekati pagar perbatasan yang dapat memicu tentara Israel menembakkan gas air mata.  

Pagar perbatasan Gaza dan Israel selama setahun terakhir menjadi tempat aksi protes dan pertumpahan darah terbesar di mana lebih dari 260 warga Palestina terbunuh, serta hampir 7 ribu terluka. Mereka tewas akibat tembakan dari penembak jitu Israel.

Ketegangan telah meningkat di sepanjang perbatasan Israel-Gaza menjelang peringatan satu tahun Great March of Return. Ketegangan kedua pihak dimulai ketika Palestina meluncurkan roket dari Gaza ke sebuah desa di utara Tel Aviv beberapa waktu lalu.

Para mediator Mesir telah berupaya untuk mengantisipasi pertumpahan darah lebih lanjut. Mesir telah menjadi penengah bagi Hamas dan Israel untuk melakukan gencatan senjata.

Pada malam peringatan Great March of Return, panitia penyelenggara mengeluarkan instruksi kepada para demonstran agar menjauh dari senjata Israel, dan tidak melakukan tindakan agresif. Hal ini sebagai langkah bahwa kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir dapat ditaati oleh kedua belah pihak.

"Penduduk harus memenuhi hal tersebut untuk memberikan tanggapan positif dari delegasi Mesir. Kami, faksi-faksi Palestina dan orang-orang kami sedang berjuang untuk mencapai tuntutan yang adil," ujar pejabat Hamas, Khalil Alhaya.

Surat kabar al-Risalah yang berafiliasi dengan Hamas melaporkan pada Jumat malam bahwa kesepakatan antara Hamas dan Israel telah tercapai. Di antara konsesi Israel yakni meningkatkan pendanaan Qatar dari 15 juta dolar AS menjadi 40 juta dolar AS setiap bulan untuk membayar gaji, memperluas zona penangkapan ikan dari 9 mil hingga 12 mil laut, meningkatkan pasokan listrik Israel ke Gaza, dan menyetujui sebuah proyek desalinasi besar.

Sebagai imbalannya, Israel telah berupaya mengakhiri tembakan roket yang dapat memicu peningkatan eskalasi. Selain itu, Israel yang telah mengirim pasukan dan tank tambahan ke perbatasan juga memberikan jaminan ketenangan di pagar perbatasan.

Aksi protes Great March of Return dimulai pada 30 Maret 2018 lalu. Ketika itu, kelompok-kelompok masyarakat sipil di Gaza menyerukan tindakan terhadap blokade Israel yang melumpuhkan wilayah mereka. Penggunaan kekuatan senjata mematikan oleh Israel pada tahun lalu mendapat kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia. Investigasi PBB menyatakan, pasukan Israel bersalah atas kejahatan perang karena menggunakan kekuatan berlebihan.

Sebelumnya, pada Sabtu pagi Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, seorang pria Palestina ditembak oleh pasukan Israel di sebuah kamp dekat pagar perbatasan. Pria yang bernama Mohammed Saad (21 tahun) itu meninggal dunia beberapa jam sebelum peringatan Great March of Return dimulai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement