REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Milter Israel mengumumkan, lima roket ditembakkan dari jalur Gaza ke Israel pada Ahad (31/3) pagi. Ini terjadi setelah pasukan Israel membunuh empat warga Palestina di dekat perbatasan wilayah tersebut saat demonstrasi.
Tak ada korban yang dilaporkan dalam serangan dan tidak ada kelompok Palestina yang bertanggung jawab atas roket tersebut. Meskipun memang diperkirakan dilakukan sebagai bagian dari pembalasan atas kematian para demonstran.
Saat ini, Mesir juga tengah melakukan upaya mediasi antara keduanya. Sementara, Hamas berjanji untuk menjaga jarak aman dari pagar untuk menghindari meradangnya suasana politik selama negosiasi.
Seorang pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya mengatakan, kelompok tersebut telah menerima tanda positif dari Mesir. Tim Mesir akan kembali ke Israel untuk melanjutkan pembicaraan. "Kami akan melanjutkan pawai kami sampai semua tujuan kami tercapai," kata Al-Hayya.
Ribuan warga Palestina berkumpul di dekat pagar perbatasan Israel untuk memperingati satu tahun Great March of Return. Sebagian besar demonstran menjaga jarak dari perbatasan.
Namun sekerumunan kecil aktivis dilaporkan mendekati pagar pembatas, dan melemparkan batu, dan bahan peledak ke arah pasukan Israel. Sementara pasukan tersebut menembakkan gas air mata, dan melepaskan tembakkan hingga menewaskan empat warga Palestina, dan melukai 64 orang.
Para pejabat Hamas mengatakan, Israel menawarkan paket insentif ekonomi dengan imbalan ketenangan di sepanjang perbatasan yang kini tengah bergejolak.
Protes pada Sabtu (30/1) terjadi pada waktu yang sensitif, Israel dan Hamas, menjadi musuh bebuyutan yang telah berperang selama tiga kali. Lalu juga dibarengi dengan pertempuran kecil. Sementara itu, keduanya memiliki minat yang kuat untuk menjaga ketenangan.
Selain itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tengah mencari masa jabatan keempat berturut-turut pada pemilihan 9 April. Tetapi ia menghadapai tantangan yang cukup serius, dari sekelompok mantan kepala pasukan, yang mengkritik kebijakan yang dianggap gagal di Gaza.
Dalam masa akhir kampanye, Netanyahu menyatakan perlu menjaga perbatasan antara Israel dan Gaza. Namun ia juga mendapat kritik tajam setelah tembakan roket baru dari Gaza.
Kedua negara memberlakukan blokade pada 2007 setelah Hamas, sebuah kelompok Islam yang mencari kehancuran atas Israel, merebut kendali atas Gaza dari Otoritas Palestina yang diakui secara internasional.
Di sisi lain, blokade telah mendorong pengangguran lebih dari 50 persen. Kemudian menyebabkan pemadaman listrik kronis dan membuat kesulitan bagi warga Gaza untuk melakukan perjalanan keluar dari wilayah tersebut.