REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS –- Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani meninggalkan KTT Liga Arab di Tunis, Tunisia, lebih awal pada Ahad (31/3). Ia bergegas pergi setelah menghadiri upacara pembukaan.
Hal itu dilaporkan Qatar News Agency (QNA) tanpa memberikan keterangan mendetail. Menurut seorang pejabat Tunisia, Emir Al-Thani keluar dari ruangan saat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sedang memberikan pidato. Setelah itu, dia dikabarkan telah meninggalkan Tunisia.
Pekan lalu, Sheikh Al-Tamim mengatakan bahwa negara telah menjadi lebih kuat sejak dikucilkan dan diembargo oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Bahrain. “Qatar menjadi lebih kuat sejak Juni 2017. Warga telah membela martabat dan kebenaran, dengan konsekuensi memperkuat negara,” ucapnya, dikutip laman Al Araby.
Kendati demikian, dia sempat mengutarakan harapannya untuk bisa menyelesaikan krisis dengan keempat negara Teluk. “Kami masih percaya bahwa dialog dapat memulihkan hubungan di bawah kedaulatan negara,” ujarnya saat membuka Doha Forum pada Desember 2018.
Terkait hal itu, Emir Al-Thani mengaku membutuhkan Kuwait yang sejak awal krisis telah berusaha memediasi Qatar dengan Saudi serta sekutunya. “Kami terus sangat bergantung pada peran Kuwait dan peran negara-negara lain di kawasan untuk mengatasi krisis,” katanya.
Krisis Teluk dimulai pada Juni 2017, yakni ketika Saudi dan sekutunya menuding Qatar mendukung kegiatan terorisme serta ekstremisme di kawasan. Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha. Mereka juga memboikot negara tersebut.
Keempat negara mengajukan beberapa tuntutan jika Qatar ingin memulihkan hubungannya. Tuntutan itu antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah. Qatar menolak tuntutan tersebut karena dianggap tak masuk akal.