REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Justice and Development (AK) Party, memimpin perolehan suara di 15 kota dan 24 provinsi dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar Ahad (31/3). Dibandingkan Pemilu 2014, perolehan tersebut menurun. Sebab, kala itu AK Party memenangkan pemilu lokal di 18 kota dan 30 provinsi lainnya.
Jutaan rakyat Turki berpartisipasi dalam pemilu daerah pada Ahad. Mereka memilih calon atau kandidat untuk menduduki posisi wali kota, anggota dewan kota, mukhtar (pejabat lingkungan), dan anggota dewan tua untuk lima tahun ke depan.
Rekan koalisi AK Party yaitu Nationalist Movement Party (MHP) memimpin di satu kota dan 11 provinsi. Pada pemilu lokal 2014, MHP memenangkan pemilu lokal di tiga kota dan lima provinsi. Partai oposisi utama, yakni Republican People's Party (CHP), mendulang suara signifikan di 10 kota dan 10 provinsi di negara tersebut. Lima tahun lalu, CHP hanya memenangkan perolehan suara di enam kota dan delapan provinsi.
Di kota kelahiran Erdogan, Rize, Turki Timur Laut, AK Party mengungguli partai-partai lain dengan memperoleh 72,4 persen suara. Kota tersebut memang telah dianggap loyal kepada Erdogan dan AK Party. Pada Pemilu 2009 dan 2014, calon wali kota dari AK Party memenangkan kontestasi setelah meraih 47,8 dan 67,8 persen suara.
Di kota kelahiran pemimpin MHP Devlet Bah?eli di Osmaniye, MHP memperoleh 53,11 persen suara. MHP menjadi partai terkemuka di kota tersebut.
Dalam pemilu lokal 2009 dan 2014, calon wali kota MHP dan AK Party bersaing ketat di Osmaniye. Namun, kandidat MHP tetap keluar sebagai pemenang dengan selisih tipis, yakni 47,3 persen berbanding 45,1 persen.
Sementara di Ankara dan Istanbul, AK Party bersaing ketat dengan CHP. Kandidat wali kota Ankara dari AK Party Mehmet Zhaseki tertinggal dari calon CHP Mansur Yavas. Berdasarkan laporan Daily Sabah pada Senin, sebanyak 92 persen surat suara telah dihitung di kota tersebut. Hasilnya, Yavas memimpin dengan memperoleh 50,62 persen suara. Sementara Zhaseki mendapatkan 47,2 persen suara.
Yavas optimistis akan memenangkan perebutan kursi wali kota Ankara. "Kami akan merangkul kota ini (Ankara) tanpa diskriminasi lebih lanjut. Pemenangnya adalah penduduk Ankara. Pemenangnya adalah demokrasi kita dan semua partai politik lainnya," ujar Yavas, dikutip laman //Anadolu Agency.
Kendati demikian, Sekretaris Jenderal AK Party Fatih Sahin diperkirakan akan menggugat hasil pemungutan suara di Ankara. Sebab, dia menuding ada banyak surat suara tidak sah ikut terhitung. "Kami telah meng identifikasi suara tidak sah dan penyimpangan di sebagian besar 12.158 tempat pemungutan suara di Ankara. Kami akan menggunakan hak hukum kami sepenuhnya dan kami tidak akan membiarkan keinginan warga negara kami diubah di Ankara," kata Sahin.
Di Istanbul, kandidat wali kota dari AK Party Binali Yildirim kalah tipis oleh calon CHP Ekrem Imamolu. Berdasarkan informasi terbaru, Imamolu memperoleh 4.159.650 suara, sedangkan Yildirim 4.131.761 suara.
Kendati tertinggal tipis dan hasil resmi belum dirilis komisi pemilihan Turki, Yildirim telah mendeklarasikan kemenangannya. Di sisi lain, Imamolu mengatakan menikmati keunggulannya atas Yildirim.
Sementara di Izmir, kota terbesar ketiga di Turki, kandidat CHP Tun Soyer diprediksi memenangkan pemilu. Dia memperoleh 58,06 persen suara, sedangkan lawannya dari AK Party, Nihat Zeybekci, hanya mendapatkan 38,49 persen suara.
Partai Komunis Turki (PKT) memimpin perolehan suara di Provinsi Tunceli. CHP dan beberapa partai politik lainnya kesulitan memenangkan suara di provinsi tersebut.
Erdogan menyambut keunggulan partainya dalam pemilu lokal Turki tahun ini. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua warga negara saya, terutama saudara-saudara Kurdi kami, karena menunjukkan kepekaan terhadap masalah kelangsungan hidup," ucapnya.
Ia pun menerima ketertinggalan AK Party di beberapa kota, terutama di Ankara dan Istanbul. "Mulai besok pagi, kami akan mulai mencari dan menebus kekurangan kami," kata Erdogan.
Dia mengatakan, Turki akan mengalami perubahan dalam beberapa hari mendatang. "Tidak akan ada pemilu selama 4,5 tahun. Apa yang akan kita lakukan? Kita akan fokus pada masalah nasional dan internasional, dan semoga mengangkat negara kita di atas tingkat orang-orang sezaman kita," ujarnya. (Kamran Dikarman, Reuters ed: Yeyen Rostiyani)