Rabu 03 Apr 2019 21:40 WIB

Panen Buah Apel Kini Bisa Dilakukan Robot

Robot itu tampaknya bekerja lebih baik di pertanian yang lahannya datar.

Red:
abc news
abc news

Petani apel di Australia memantau dari dekat hasil panen komersial apel pertama di dunia yang menggunakan mesin robot. Panen berlangsung di sebuah kebun di Selandia Baru.

 

Proses panen buah dengan menggunakan robot di kebun apel T&G Global di Hawkes Bay, Selandia Baru. Panen berlangsung setelah perkebunan ini selama empat tahun bekerja sama dengan mitra teknologi Abundant Robotics yang berbasis di AS dalam mengembangkan robot pemetik buah ini.

"Robot itu memiliki sistem penglihatan komputer yang memindai daun-daun, mengidentifikasi buah yang cocok untuk dipanen, dan menggunakan metode mengisap untuk mengeluarkan buah dari pohon," kata Gary Westwood dari T&G Global.

"Butuh waktu cukup lama sebelum robot ini dapat bergerak cepat tetapi kami senang dengan kemajuannya sejauh ini.

"Kami telah melakukan banyak pengukuran pada proses pemetikan buah ini dan tidak ada kerusakan pada buah dibandingkan yang ada pada pemetikan oleh manusia."

 

Robot pilih buah matang sempurna

Untuk memanfaatkan robot ini, kebun apel harus diatur sedemikian rupa agar buah dapat mudah dipetik. Robot prototipe serupa telah diuji coba di Australia, di sebuah kebun di Victoria, dan petani buah Australia menyaksikan dengan penuh minat untuk melihat bagaimana kinerja robot tersebut.

Salah satu petani apel terbesar di Tasmania, Howard Hansen, saat ini mempekerjakan sekitar 70 pemetik dan pengepak di kebunnya di Grove di Lembah Huon.

"Ini perkembangan yang menarik, tetapi saya masih menilai proyek ini masih perlu melakukan banyak hal dan lebih banyak penyempurnaan sebelum menjadi sebuah kenyataan di kebun-kebun di Tasmania," kata Hansen.

"Di sisi positifnya, robot ini tampaknya bekerja dengan lembut pada buah dan memiliki potensi untuk bekerja sepanjang waktu dibandingkan dengan pekerja pemetik buah."

Howard Hansen mengatakan robot itu tampaknya bekerja lebih baik di pertanian yang lahannya datar, sehingga kemungkinan akan yang katanya dapat menciptakan masalah pada beberapa kebun lokal.

"Kami perlu mengkonfigurasi ulang banyak kebun karena robot tidak akan bisa menghasilkan buah," kata petani Tasmania.

 

Robotika menambah kapasitas

T&G Global mengatakan robot itu tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan pekerja pemetik buah, tetapi sebagai gantinya akan mampu memetik buah lebih banyak setiap hari.

"Kami melihat robot mengambil sekitar 40 keranjang buah sehari sehingga akan melengkapi panenan yang dilakukan oleh manusia," kata Westwood.

 

Saat ini seorang operator harus mendampingi robot ketika bekerja di kebun, meskipun saat pekerjaan sedang berlangsung robot tersebut dapat bekerja sendiri.

Russel Rankin, pakar inovasi makanan yang membantu produsen mewujudkan produk robot pemetik buah ini dari konsep ke realitas, mengatakan bahwa ini adalah saat yang menyenangkan untuk berada di bidang robotika dan pertanian.

"Saya bekerja dengan sebuah universitas di Queensland yang sedang mengembangkan pemetik robot untuk tanaman cabai dalam proyek penanaman tumbuhan yang dilindungi," kata Rankin.

Mereka juga mengembangkan robot yang disebut Agbot, yang bisa keluar ke lapangan dan memetik gulma. "Universitas Sydney [juga] memiliki investasi besar dalam mengembangkan platform untuk pengambilan sayuran secara robotik."

T&G Global mengatakan apel yang dipanen oleh robot di kebun Hawkes Bay akan dikirim ke pasar ekspor seperti Asia.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement