REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Sebuah penelitian menunjukkan iklan-iklan yang diarahkan Facebook ke penggunanya dapat mempromosikan diskriminasi rasial dan gender. Penelitian tersebut mendukung pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengajukan gugatan kepada raksasa media sosial itu.
Penelitian yang dilakukan Northeastern University, University of Southern California, dan kelompok advokasi Upturn menunjukan algoritma Facebook yang menyesuaikan iklan perumahan dan pekerjaan dengan penggunanya berdasarkan stereotip mereka. Penelitian tersebut diunggah di arVix, sebuah forum peneliti di mana para peneliti bisa saling meninjau penelitian sejawatnya.
"Platform iklan sendiri dapat membentuk akses ke informasi mendapatkan kesempatan kehidupan yang lebih baik dalam cara yang mungkin menghadirkan tantangan terhadap upaya pemerataan kesempatan," kata kelompok peneliti tersebut, Kamis (4/4).
Peneliti-peneliti universitas melakukan penelitian tentang sistem iklan internet secara terpisah. Juru bicara Facebook Joe Osborne mengatakan perusahaannya menyadari mereka harus melakukan upaya yang lebih besar lagi untuk menghilangkan stereotip tersebut. Ia mengatakan penemuan tersebut akan dimasukkan ke dalam pembicaraan tentang perubahan sistem iklan.
"Kami sedang memeriksa sistem iklan kami dan melibatkan pemimpin-pemimpin industri, akademis, dan pakar hak sipil dalam topik ini dan kami akan mengeksplorasi lebih banyak perubahan," kata Osborne.
Para peneliti menemukan sebagai besar iklan lowongan pekerjaan untuk tukang kayu muncul di laman laki-laki kulit putih. Sementara lowongan pekerjaan sebagai sekretaris muncul di laman perempuan kulit hitam. Hal itu terjadi bahkan ketika gambar iklan pekerjaan kayu orang kulit hitam dan sekretaris kulit putih.
Peneliti juga menemukan iklan rumah yang dijual di North Carolina diperuntukkan bagi kulit putih. Sementara, sewa rumah kebanyakan untuk kulit hitam.
Para peneliti mengatakan Facebook tidak mengumpulkan data ras. Tapi mereka menyimpulkan Facebook mengkaitkan data umum dengan daftar pemilih. Walaupun gambar orang yang ada di iklan lowongan pekerjaan tidak mempengaruhi susunan audiens tapi foto itu menjadi faktor yang digunakan algoritma Facebook di kasus-kasus lain.
Pemerintah Trump menggugat Facebook karena menjual iklan secara diskriminatif yang melanggar Undang-undang Perumahan Amerika. Sebagai bentuk tanggapan atas keluhan pemerintah dan kelompok hak sipil, Facebook telah menghapus beberapa opsi segmen pengguna dalam sistem iklan mereka. Mengatasi perbedaan ras dan gender dalam sistem otomatis termasuk sistem pengenalan wajah menjadi prioritas perusahaan-perusahaan teknologi Silicon Valley saat ini.