REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Menteri Transportasi Etiopia Dagmawit Moges mengatakan, pilot Ethiopian Airlines ET302 yang jatuh bulan lalu telah mengikuti panduan yang tepat untuk mengoperasikan Boeing 737 MAX 8. Hal itu diutarakannya ketika menyampaikan laporan resmi pertama terkait perkembangan penyelidikan kecelakaan fatal Ethiopian Airlines di Addis Ababa yang menewaskan 157 penumpang dan kru.
"Para kru melakukan semua prosedur berulang kali, tetapi tidak dapat mengendalikan pesawat," ujar Moges dalam konferensi pers, Kamis (4/4).
Penerbangan ET302 jatuh enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa. Itu adalah kecelakaan kedua pesawat Boeing 737 MAX dalam lima bulan terakhir.
Sebelumnya, pada Oktober 2018, penerbangan Lion Air JT610 juga mengalami kecelakaan fatal dan menewaskan 189 penumpang beserta kru. Proses jatuhnya Lion Air serupa dengan Ethiopian Airlines.
Sebelumnya, Boeing Co mengundang lebih dari 200 pilot dari sejumlah maskapai penerbangan, pemimpin teknis, dan regulator dalam sesi penyampaian informasi. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Renton, Washington pada Rabu (27/3) lalu.
Dalam pernyataannya, Boeing mengatakan, sesi tersebut merupakan bagian dari pembahasan untuk pembaruan perangkat lunak dan pelatihan untuk seri Boeing 737 MAX. Perbaikan sistem tersebut dilakukan menyusul terjadinya kecelakaan fatal yang menimpa Lion Air dan Ethiopian Airlines dalam jangka waktu berdekatan dan pola jatuh yang sama.
Sementara itu, di Washington, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menghadiri sidang Senat Amerika Serikat dan menghadapi pertanyaan keras dari sejumlah senator mengenai pengawasan sertifikasi pesawat, khususnya Boeing. Senator Richard Blumenthal menilai FAA lalai dalam melakukan pengawasan sertifikasi terhadap pesawat baru.
"Faktanya adalah FAA memutuskan untuk melakukan keselamatan dengan murah dan tidak aman," ujar Blumenthal dilansir Aljazirah.