REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengatakan, ia begitu terkejut dengan tingkat penderitaan para migran di pusat penahanan di Tripoli. Pernyataan tersebut ia sampaikan saat berkunjung ke ibu kota Libya, Tripoli.
"Saya sangat tersentuh dan dikejutkan oleh tingkat penderitaan dan terutama oleh tingkat keputusasaan yang saya temukan," kata Guterres kepada wartawan pada hari kedua perjalanan ke Tripoli di mana ia mengunjungi pusat penahanan Zara, dilansir laman Channel News Asia, Jumat (5/4).
"Ini, tentu saja, bukan hanya tanggung jawab untuk Libya, itu adalah tanggung jawab untuk seluruh komunitas internasional," kata kepala PBB itu.
Kerja sama Uni Eropa dengan Libya dilakukan untuk mengurangi jumlah migran yang datang dari Afrika Utara dan Timur Tengah yang puncaknya terjadi pada 2015 saat Eropa menghadapi krisis migrasi terburuk sejak Perang Dunia II.
Menurut PBB dan kelompok-kelompok bantuan, para migran menghadapi perdagangan orang, penculikan, penyiksaan, dan pemerkosaan. Para aktivis juga mengecam pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela terhadap para migran di Libya, ketika mereka menunggu perjalanan ke Eropa, dan mendesak UE untuk tidak melimpahkan masalah ke Tripoli.
Guterres mengimbau masyarakat internasional untuk menghormati hukum mengenai pengungsi. Ia meminta masalah migrasi dapat ditangani dengan layak dan mengutamakan hak asasi manusia pengungsi.