REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, pembelian sistem rudal S-400 dari Rusia merupakan kesepakatan yang tidak dapat dibatalkan. Pembelian sistem rudal tersebut telah menimbulkan ketegangan antara Turki dengan Amerika Serikat (AS).
Turki dan AS berselisih mengenai keputusan Ankara untuk membeli S-400, yang tidak kompatibel dengan sistem NATO. Washington telah memperingatkan bahwa AS dapat memberikan sanksi atas kesepakatan pembelian tersebut.
"Kami telah memberi tahu mereka berapa bulan yang lalu atau bertahun-tahun yang lalu bahwa itu adalah kesepakatan yang sudah dilakukan, jadi kami tidak dapat membatalkannya," kata Cavusoglu, Jumat (5/4).
Cavusoglu mengatakan, Turki telah menerima tawaran baru sistem pertahanan Patriot buatan AS termasuk harga dan tanggal pengiriman. Namun, keduanya masih bernegosiasi.
Washington telah mendesak Turki untuk membeli sistem pertahanan Patriot buatan Raytheon Co ketimbang membeli S-400. Berbicara pada konferensi pers di sela-sela kunjungan ke AS, Cavusoglu menegaskan, Turki ingin membeli sistem pertahanan Patriot, tetapi tidak akan mundur dari kesepakatannya dengan Rusia. Cavusoglu menambahkan, AS tidak dapat menjamin dapat menjual sistem Patriot ke Ankara karena kebuntuan di Kongres AS.
"Masalah sebenarnya adalah, bahkan hari ini, Amerika Serikat tidak dapat memberikan jaminan tentang penjualan Patriot ke Turki. Bisakah mereka memberinya besok? Mereka tidak bisa menjaminnya. Lalu siapa yang akan memenuhi kebutuhan saya?," kata Cavusoglu.
Pada Rabu (3/3), Cavusoglu mengatakan Turki telah mengusulkan pembentukan kelompok kerja dengan pemerintah AS untuk memastikan bahwa S-400 tidak menimbulkan ancaman bagi peralatan militer AS atau NATO. Dia menambahkan, pemerintah dan Turki harus menjelaskan kepada Kongres mengapa Turki membeli S-400. Cavusoglu menambahkan, hubungan Turki dengan Rusia bukan merupakan alternatif aliansi dengan NATO atau kemitraan dan ambisinya dengan Uni Eropa.
"Kami telah membuat pilihan sejak lama, dan sekarang kami harus memiliki hubungan yang baik dengan semua orang dan kami harus menyeimbangkannya," ujar Cavusoglu.
"Kita tidak harus memilih antara ini dan itu, tetapi kita sudah membuat keputusan dan menjadi sekutu NATO," ujarnya.