REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Kepala intelijen Aljazair, Athmane Tartag, diberhentikan dari jabatannya. Hal itu dilaporkan stasiun TV swasta Ennahar pada Jumat (5/4).
Tartag merupakan pensiunan jenderal militer sekaligus sekutu Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang mengundurkan diri pada Selasa lantaran menghadapi serentetan aksi protes. Laporan hengkangnya kepala intelijen muncul setelah militer Aljazair secara hati-hati mengatur kepergian Bouteflika dalam upaya meredakan aksi protes massa yang menyerukan reformasi demokrasi.
Aljazair kini berada di tangan pemerintah sementara yang sepertinya tak mungkin meredam kemarahan para demonstran sampai dengan pemilihan yang berlangsung hingga tiga bulan ke depan dan tanpa adanya pengganti yang pasti.
Sebelumnya, mantan presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika meminta maaf kepada rakyat dan rekan senegaranya atas kegagalan yang dilakukannya selama dua dekade memimpin negara tersebut. Hal itu dia ungkapkan dalam surat perpisahan publik yang dirilis kantor berita Aljazair, APS, pada Rabu (3/4).
“Saya meminta maaf kepada Anda atas segala kegagalan terhadap Anda. Saya meninggalkan panggung politik tanpa kesedihan atau ketakutan, untuk masa depan negara kita,” ujar Bouteflika dalam suratnya, dilaporkan laman Aljazirah.
Selama beberapa pekan lalu, rakyat Aljazair melakukan demonstrasi menuntut Bouteflika mundur dari jabatannya. Setelah memimpin negara tersebut selama 20 tahun, dia berencana mencalonkan diri kembali menjadi presiden.