REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Lereng gunung El Avila selama ini dikenal dengan pepohonan yang menjulang tinggi di sekitar Ibu Kota Caracas, Venezuela. Jika biasanya kawasan itu digunakan sebagai tempat bagi warga untuk menikmati alam hingga sekadar berekreasi, namun, kali ini ada pemandangan yang cukup berbeda di sana.
Bagian dari lereng gunung tersebut saat ini telah berubah menjadi pemandian umum. Masyarakat di Venezuela nampaknya ingin mencari solusi atas kondisi krisis yang melanda negara itu.
Setiap hari, ratusan orang datang ke Avila untuk mandi, mencuci pakaian, dan mengumpulkan air untuk dibawa pulang. Untuk menghindari kekhawatiran akan kerusakan lingkungan, orang-orang membuang sampah yang ada dengan menggunakan botol, pembungkus makanan, kardus, hingga baju bekas.
Seorang warga Venezuela yang bekerja sebagai pengemudi bus sekolah, Gorge Eglis Escalante dan putrinya terlihat membawa keranjang berwarna pink berisi tumpukan baju kotor ke El Avila. Mereka yang tinggal di lingkungan Chacaito mengatakan keran air hampir mengering selama hampir satu bulan dan membuatnya harus mencuci baju hingga ke gunung tersebut.
“Saya tidak pernah membayangkan harus melakukannya. Kami berterima kasih kepada pemerintah untuk hal ini,” ujar Escalante sambil merendam baju dalam ember berisi air dan deterjen.
Warga Caracas memadati saluran air yang ada di Taman Nasional El Avila. Kawasan ini memiliki luas 315.800 kilometer persegi. Banyak orang yang membutuhkan air terpaksa datang ke sana dan melakukan keperluan mereka.
Seorang gadis mencoba mengangkat dua wadah penuh air yang diambil dari sungai di Taman Nasional El Avila di Caracas, Venezuela, Rabu (3/4). (AP Photo/Fernando Llano)
Kawasan yang memiliki nama asli Waraira Repano atau Sierra Grande ini tak hanya berisi pepohonan, namun juga menjadi rumah bagi puluhan burung dan spesies hewan, seperti opossum, kelelawar, tupai, puma, rubah, landak, dan rusa. Kehidupan satwa-satwa liar di sana selama ini bergantung pada anak sungai yang berisi air bersih.
Warga Caracas lainnya, Jonathan Lopez mengatakan ia mulai datang ke El Avila sejak dua pekan lalu. Ia datang untuk mandi dan mengambil air sebagai persediaan di rumahnya sejak pemadaman listrik terjadi di lingkungannya yang kumuh pada 23 Januari lalu.
“Ini membuatmu menggigil (kedinginan),” ujar Lopez saat menceritakan pengalaman mandi di El Avila.
Meski demikian, kebakaran hutan yang terjadi beberapa waktu lalu menempatkan situasi El Avila berisiko tinggi. Kerusakan yang terjadi mengancam lingkungan dalam jangka panjang di kawasan taman nasional tersebut.
“Ini memiliki dampak besar pada Avila,” ujar Direktur Venezuela Verde, sebuah badan amal yang didedikasikan untuk perlindungan lingkungan, Jose Manuel Silva.
Seorang pejabat National Parks Institute mengatakan pihak berwenang mengetahui sampah menumpuk dan kerusakan lingkungan terjadi di El Avila. Ia yang berbicara secara anonim mengatakan pekerjaannya saat ini adalah mengontrol orang-orang yang datang ke El Avila untuk mendapat air secara terkendali.
Warga mencuci pakaian di aliran air dari Taman Nasional El Avila National Park di Caracas, Venezuela, Rabu (3/4). (AP Photo/Fernando Llano)
Venezuela dilanda krisis dan kekacauan, seiring kondisi ekonomi di negara itu yang saat ini dilanda hiperinflasi. Pemerintah yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro dianggap telah menciptakan situasi yang semakin buruk dengan kebijakan sosialis yang ia terapkan.
Gelombang protes menuntut kepemimpinannya telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi semakin memburuk dengan pemadaman listrik besar-besaran yang terjadi pada 7 Maret selama hampir satu pekan di sejumlah wilayah dan secara luas berlangsung di Caracas.
Setelah sempat dipulihkan, pemadaman kembali terjadi pada 25 Maret. Akibatnya, warga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu air dan makanan. Hal ini membuat situasi krisis di negara Amerika Selatan itu semakin mengkhawatirkan.