REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Selama lebih dari setahun, warga Gaza di Palestina telah melakukan protes mingguan atau Great March of Return di perbatasan Israel dan Jalur Gaza. Protes tersebut telah menyebabkan bentrokan dan menimbulkan banyak korban berjatuhan.
Para pengunjuk rasa Palestina mengklaim berperang melawan pendudukan Israel atas wilayah-wilayahnya. Tetapi, Israel menegaskan bahwa protes mingguan tersebut adalah kedok yang digelar oleh Hamas. Tujuan Hamas menyusup ke Israel dan menyerang warga Israel.
Kepala Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar telah berjanji, jika perang baru antara Gaza dan Israel pecah, maka Hamas akan membuat Israel mengungsi. Hamas akan membuat warga Israel yang ada di dekat perbatasan mengungsi. Bahkan akan membuat warga Israel di beberapa kota besar seperti Ashdod, Ashkelon, Negev dan Tel Aviv mengungsi.
"Ingat janji ini, jari-jari perlawanan di Jalur Gaza ada pada pemicu, kita hari ini sepuluh kali lebih kuat dari kita pada 2014 (saat konflik Israel-Gaza)," kata Sinwar dilansir dari Sputniknews, Ahad (7/4).
Sinwar juga mengingatkan, Israel akan menderita jika perang terjadi di Jalur Gaza. Sinwar berjanji dalam permasalahan ini, Hamas akan bertindak sebagai perisai dan pedang untuk warga Gaza.
Selama beberapa bulan terakhir, Israel telah berulang kali menembaki posisi Hamas di Gaza. Tujuan Israel untuk menanggapi peluncuran roket yang datang dari wilayah tersebut. Kini konflik antara kedua belah pihak terus menerus dinyalakan kembali, meskipun banyak kesepakatan gencatan senjata telah dicapai.