REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Setelah beberapa pekan mengalami pemadaman listrik dan kekurangan air puluhan ribu rakyat Venezuela turun ke jalan. Mereka mendukung ketua oposisi Juan Guaido dan memprotes Presiden Nicolas Maduro yang mereka anggap telah menghancurkan perekonomian negara mereka.
Venezuela sudah lama menderita hiperinflansi dan kekurangan pasokan makanan serta obat-obatan. Dalam beberapa bulan terakhir mereka harus mengalami pemadaman listrik di sebagian besar wilayah selama beberapa hari, tidak mendapatkan akses ke air bersih dan tidak memiliki sinyal telpon.
Guaido ketua oposisi yang menguasai badan legislatif National Assembly dan diakui negara-negara Barat sebagai presiden sementara meminta rakyat Venezuela untuk melakukan unjuk rasa pada Sabtu (6/4) kemarin. Unjuk rasa tersebut menandai apa yang ia sebut sebagai gelombang baru protes 'pasti' untuk menggulingkan Maduro.
Guaido yang mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara pada bulan Januari lalu menyatakan Maduro 'merampas kekuasaan' dengan mencurangi pemilihan umum 2018 yang membuatnya dapat melanjutkan periode kedua. Maduro yang didukung militer, Rusia dan Cina mengatakan Guaido sebagai boneka Amerika Serikat (AS) dan akan segera diadili.
Di Caracas ribuan pendukung Guaido memulai unjuk rasa mereka dari sebelah timur Distrik El Marquez. Para pengunjuk rasa mengatakan sudah berhari-hari rumah mereka tidak ada air dan mengambil air dari pipa atau aliran sungai dari gunung Avila.
"Kami harus menurunkan perampas kekuaaan ini dan kami tidak dapat memikirkan hal lainnya," kata salah satu pengunjuk rasa Claudia Rueda, Ahad (7/3).
Pada satu titik para pengunjuk rasa berteriak 'air menghilang, listrik menghilang dan sekarang Maduro yang kurang Anda juga harus pergi'. Dalam beberapa pekan terakhir terjadi pemadaman listrik massal.
Membuat sekolah-sekolah diliburkan dan banyak bisnis ditutup. Pelayanan publik masih belum merata. Pemadaman listrik masih terjadi di beberapa kota seperti San Cristobal, Valencia dan Maracay.
"Kami datang tidak hanya meminta air dan listrik, kami datang untuk meminta kebebasan dan demokrasi, kami tidak bisa membiarkan diri kami terbiasa dengan ini, kami tidak akan bisa tahan, kami tidak akan membiarkan penjahat menguasai negara kami," kata Guaido di unjuk rasa tersebut.
Tidak ada laporan bentrokan di Caracas tapi salah satu saksi mata melaporkan ada bentrokan antara pengunjuk rasa dengan polisi di Maracaibo. Para pengunjuk rasa di kota sebelah barat Negara Bagian Zulia itu melaporkan polisi melepaskan tembakan peluru karet dan gas air mata.
"Saya muak, mereka melukai saya, dan walaupun saya takut, itu membuat saya semakin marah," kata salah seorang pengunjuk rasa Denis Fernandez, yang terluka karena peluru karet.
Di media sosial Twitter National Assembly melaporkan dua anggota parlemen di tangkap karena ikut berdemonstrasi di Maracaibo. Tapi kedua anggota legislatif itu sudah dibebaskan. Kementerian Informasi Venezuela tidak menanggapi permintaan komentar atas hal ini.
Partai Sosialis yang berkuasa juga menggelar unjuk rasa tandingan di pusat Caracas. Beberapa ribu orang yang kebanyakan pegawai pemerintah mengenakan baju dan topi warna merah. Mereka menendangkan lagu denga drum dan menari salsa.
Mereka yang datang ke unjuk rasa tandingan tersebut yakin pemadaman listrik terjadi karena campur tangan AS. Orang-orang yang mendukung Guaido beranggapan pemadaman listrik terjadi karena ketidakmampuan pemerintah dalam merawat jaringan listrik dan korupsi pejabat pemerintah Maduro yang mengambil dana alokasi pembangunan pembangkit tenaga listrik.
"Mereka menggunakan terorisme siber, terorisme elektromagnetik, saya meminta pengertiannya, kami sedang kondisi darurat listrik, benar-benar kondisi darurat," kata Maduro kepada orang-orang yang menghadiri unjuk rasa tandingan tersebut.
Constituent Assembly, badan legislatif yang dikuasai Partai Sosialis sudah menyetujui langkah untuk mencabut kekebalan hukum Guaido. Sehingga ketua oposisi itu dapat ditahan.
Kejaksaan Agung Venezuela sudah menggelar penyelidikan terhadap Guaido atas keterkaitannya dengan pemadaman listrik dan 'insiden kekerasan' pada bulan Januari. Tapi sampai saat ini belum ada perintah penahanan atau tuduhan resmi terhadapnya.