Senin 08 Apr 2019 14:35 WIB

Puluhan Warga Rohingya Ditemukan di Pantai Malaysia

Temuan warga Rohingya dikhawatirkan merupakan penyelundupan manusia.

Red: Nur Aini
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak 37 orang yang diyakini sebagai umat Muslim dari etnis Rohingya dari Myanmar ditemukan di pantai utara Malaysia, Senin (8/4). Kedatangan mereka merupakan yang terbaru, yang dikhawatirkan oleh otoritas setempat dapat menjadi gelombang baru penyelundupan manusia melalui laut.

Puluhan warga Rohingya di Myanmar dan Bangladesh dalam beberapa bulan terakhir melewati jalur laut untuk berupaya menjangkau Malaysia, yang mengalami jumlah penurunan pascapenumpasan perdagangan manusia pada 2015. Bulan lalu, 35 migran juga ditemukan di pantai Sungai Belati di utara negara bagian Perlis, Malaysia.

Baca Juga

Pada Senin, 37 pria ditangkap di sekitar Kota Simpang Empat setelah mereka mendarat di pantai yang sama di pagi hari, kata kepala kepolisian negara bagian, Noor Mushar Mohamad kepada Reuters.

"Kami yakin, mereka bepergian dengan menaiki kapal yang lebih besar, sebelum dipindahkan ke kapal yang lebih kecil di laut dan diantarkan ke sejumlah tempat berbeda," katanya.

Ia juga menuturkan bahwa seluruh pria tersebut dalam kondisi sehat dan telah diserahkan kepada petugas migrasi. Menurut badan PBB, lebih dari 700 ribu warga Rohingya menyeberang ke Bangladesh pada 2017. Mereka melarikan diri dari tindakan keras militer di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Myanmar menganggap warga Rohingya sebagai migran ilegal dari anak benua India dan mengurung puluhan ribu orang di kamp-kamp di Rakhine sejak kekerasan menyelimuti daerah tersebut pada 2012. Pejabat yakin migran yang dijumpai pada Senin berasal dari Myanmar ataupun Bangladesh.

"Kami masih menyelidiki dari mana kapal-kapal itu berasal, namun kami menduga ada keterlibatan sindikat perdagangan manusia," ungkap Noor Mushar.

Mewabahnya kekerasan sektarian di Rakhine pada 2012 memicu puluhan ribu warga Rohingya meninggalkan Myanmar melalui laut. Eksodus memuncak pada 2015, saat sekitar 25 ribu warga melarikan diri melintasi Laut Andaman menuju Thailland, Malaysia, dan Indonesia. Banyak dari mereka yang tenggelam dalam perjalanan akibat kondisi kapal yang tidak aman dan kelebihan muatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement