Selasa 09 Apr 2019 11:30 WIB

Benny Gantz Lawan Berat Netanyahu

Hambatan terbesar Gantz menjadi PM Israel adalah memiliki kursi cukup di Knesset.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz berswafoto dengan pendukungnya saat kampanye di Tel Aviv, Israel, Senin (8/4). Gantz berhadapan langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pemilu, 9 April 2019.
Foto: AP Photo/Oded Balilty
Pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz berswafoto dengan pendukungnya saat kampanye di Tel Aviv, Israel, Senin (8/4). Gantz berhadapan langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pemilu, 9 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Mantan kepala staf militer Benny Gantz (59 tahun) muncul sebagai pesaing terberat bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemilihan umum (pemilu) Israel pada Selasa (9/4). Partai yang baru didirikan Gantz, yakni Kahol Lavan (Blue and White) akan berhadapan langsung dengan Likuid Party yang mengusung Netanyahu.

Dilaporkan Haaretz, Gantz merupakan mantan kepala angkatan bersenjata yang populer dan pendatang baru di bidang politik. Dia bersama dengan mantan menteri pertahanan sayap kanan, Moshe Yaalon dan mantan menteri keuangan sayap tengah-kiri, Yair Lapid membentuk partai sayap tengah baru bernama Kahol Lavan.

Baca Juga

Pada akhir Februari, Gantz dan Yair Lapid memberikan kejutan politik dan mengumumkan akan melangkah bersama dalam pemilu Israel. Koalisi Kahol Lavan terdiri dari Gantz's Hosen L'Yisrael dan Yesh Atid dari Lapid.

Kurangnya peran perempuan dalam Kahol Lavan menyoroti kesenjangan gender politik Israel. Sejak saat itu, Gantz berjanji akan mengambil porsi 50:50 untuk perempuan dan laki-laki di partainya. Dia juga membanggakan memiliki anggota parlemen perempuan ultra-ortodoks pertama dan anggota parlemen perempuan Druze di partainya.

Dalam kampanyenya, Gantz menyerukan perdamaian dengan Palestina, namun tetap menjaga kepentingan keamanan Israel. Dia mengisyaratkan akan membuat konsesi teritorial terhadap Palestina.

Selain itu, partainya juga berjanji akan memberlakukan batas masa jabatan perdana menteri, berinvestasi dalam bidang pendidikan, memberlakukan pernikahan sipil, dan membuat transportasi publik di Shabbat. Gantz juga menyerang Netanyahu atas dugaan suap dan korupsi.

Di luar kampanye, hambatan terbesar Gantz untuk menjadi perdana menteri adalah menemukan kursi yang cukup di Knesset (parlemen) untuk membentuk pemerintahan. Blok sayap kanan berpihak pada Netanyahu dan jumlahnya lebih besar. Artinya, Netanyahu akan tetap menjabat sebagai perdana menteri, meski partai Gantz memenangkan lebih banyak kursi.

Oleh karena itu, Gantz berupaya membentuk koalisi dengan Partai Kulanu, Partai Zehut, dan Partai Ultra-Ortodoks. Setidaknya dengan membentuk koalisi ini, Gantz bisa mengalahkan empat kursi dari Likud Party.

Gantz menegaskan, pemerintahan yang dipimpin oleh Netanyahu kemungkinan hanya akan bertahan delapan bulan hingga perdana menteri tersebut didakwa kasus korupsi. Jaksa Agung telah mendakwa Netanyahu dan tinggal menunggu sidang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement