REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memenangkan pemilihan nasional Israel. Hal itu menunjukkan bahwa ia akan menjadi perdana menteri untuk rekor masa jabatan kelimanya.
Dengan 97 persen suara dihitung, tidak ada satupun dari partai-partai yang mengusung kandidat perdana menteri meraih suara mayoritas. Netanyahu, jelas berada dalam posisi kuat untuk membentuk pemerintahan koalisi dengan faksi sayap kanan yang mendukungnya.
Kemenangan itu diraih saat Netanyahu menghadapi kemungkinan dakwaan dalam tiga kasus suap. Meski, ia membantah melakukan kesalahan tersebut.
Partai Netanyahu, Likud Party, dan partai saingannya Benny Gantz, aliansi politik Biru Putih atau Kahol Lavan sama-sama memenangkan 35 kursi. Itu berarti perolehan lima kursi untuk Likud.
"Ini adalah malam kemenangan kolosal," kata PM berusia 69 tahun itu. Ia mengingatkan bahwa pihaknya juga masih akan menunggu hasil resminya.
Jika pada Jumat ia diumumkan resmi menang, ia akan menjadi perdana menteri yang terlama dalam sejarah 71 tahun Israel. Ia pun dengan percaya diri sudah memulai pembicaraan dengan calon sekutu koalisi partainya.
Sementara, rivalnya, Gants (59 tahun) juga sebelumnya mengklaim kemenangan mengutip perhitungan suara awal. "Kami adalah pemenangnya," kata Gantz, seorang mantan kepala militer Israel (IDF). "Kami ingin berterima kasih kepada Benjamin Netanyahu untuk layanannya kepada bangsa," ujarnya menambahkan.
Meskipun keduanya mengklaim kemenangan pada Selasa malam, gambar yang lebih jelas muncul pada hari Rabu pagi ketika hasilnya mulai mengalir dengan suara hampir 100 persen dihitung, melukiskan bahwa Netanyahu sebagai pemenang.