REPUBLIKA.CO.ID, KHUZESTAN -- Gubernur Khuzestan di Iran, Gholamreza Shariati Bencana memerintahkan evakuasi sekitar 60 ribu hingga 70 ribu orang yang berada di lima distrik di wilayahnya. "Ini langkah pencegahan untuk mencegah segala bahaya," lapor kantor berita Tasnim seperti dikutip di Arab News, Kamis (11/4).
Kelima distrik itu diperkirakan memiliki populasi antara 60 ribu sampai 70 ribu orang. Penduduk Iran berjuang melawan banjir bandang yang meluas sejak 19 Maret lalu.
Kota Shiraz dilaporkan menjadi daerah paling parah terdampak banjir. Banjir menyebabkan setidaknya 45 orang tewas. Laporan kantor berita ISNA menyebutkan, banjir juga mengancam ibu kota provinsi, Ahvaz.
Iran mengungsikan warga dari daerah yang direndam banjir di Kota Ahvaz, bagian barat-daya negeri itu, Rabu (10/4). Jumlah korban jiwa di seluruh Iran akibat banjir terburuk selama 70 tahun mencapai 77 orang.
Kantor Berita Iran, IRNA, mengatakan lebih dari warga di 200 desa juga diungsikan di Provinsi Khuzestan. Sebanyak 46 ribu orang ditampung di tempat penampungan darurat yang disediakan oleh pemerintah.
Kondisi siaga banjir juga diberlakukan di kabupaten lain di Ahvaz. Hujan lebat diperkirakan masih mengguyur dalam beberapa hari ke depan. Pasien diungsikan dari satu rumah sakit di kota tersebut.
Banjir itu digambarkan oleh banyak pejabat sebagai yang paling parah sejak 1940-an. Banjir telah merendam sebanyak 1.900 kota besar dan desa di seluruh Iran setelah hujan yang sangat lebat mengguyur sejak 10 Maret. Daerah di bagian barat-daya dan barat negeri tersebut mengalami banjir yang paling parah.
Bencana itu telah membuat lembaga bantuan berjuang meringankan penderitaan rakyat. Personel Angkatan Bersenjata dikerahkan untuk membantu warga yang dilanda banjir.
Menurut perkiraan awal, kerugian akibat banjir di sektor pertanian mencapai 47 triliun rial Iran (350 juta dolar AS). Pemerintah telah memberitahu warga, terutama petani di daerah yang direndam banjir, semua kerugian akan diganti. Anggaran negara Republik Islam Iran sudah terentang akibat sanksi AS terhadap sektor energi dan perbankan, yang telah mengurangi separuh ekspor minyak Iran dan membatasi akses ke beberapa sumber penghasilan di luar negeri.
Para pejabat Iran telah berulangkali mengatakan banjir parah belum mempengaruhi produksi dan pembangunan ladang minyak atau aliran minyak mentah melalui pipa saluran ke pasar penerima.