REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini menyerukan pihak-pihak yang berkonflik di Libya menghentikan pertempuran. Ia mengimbau agar mereka kembali ke jalur penyelesaian yang dipimpin PBB.
"Libya dapat mengandalkan persatuan Uni Eropa dalam mendukung penghentian segera pertempuran, gencatan senjata kemanusiaan, dan kembali ke proses politik pimpinan PBB, demi semua warga Libya," kata Mogherini pada Rabu (10/4), dikutip laman Anadolu Agency.
Libya diketahui tengah dibekap krisis politik dan konflik. Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin seorang komandan militer, Khalifa Haftar, sedang berupaya merebut kendali Ibu Kota Tripoli dari Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang didukung PBB.
Pada Rabu lalu, LNA mengklaim telah berhasil merebut kamp militer Yarmuk yang berada di selatan Tripoli. Mereka mengatakan akan bergerak ke pusat Tripoli.
Pemerintahan al-Sarraj belum mengonfirmasi tentang klaim tersebut. Namun, ia telah menempatkan pasukan guna mencegah masuknya personel LNA ke Tripoli.
Libya telah dilanda krisis sejak 2011, yakni ketika pemberontakan yang didukung NATO melengserkan mantan presiden Muammar Qaddafi. Dia pun tewas setelah digulingkan.
Sejak saat itu, kekuasaan politik Libya terpecah dua. Basis pertama memusatkan diri di Libya timur, yang salah satu tokohnya adalah Khalifa Haftar. Sementara, basis yang didukung PBB berada di Tripoli.