Kamis 11 Apr 2019 15:13 WIB

Uni Eropa Perpanjang Tenggat Waktu Brexit Hingga 31 Oktober

Inggris punya waktu tambahan 6 bulan untuk keluar dari Uni Eropa sepenuhnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Inggris Theresa May usai melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Elysee Palace di Paris, Prancis, Selasa (9/4). Uni Eropa setuju Brexit diperpanjang hingga 1 Juni 2019.
Foto: AP Photo/Francois Mori
Perdana Menteri Inggris Theresa May usai melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Elysee Palace di Paris, Prancis, Selasa (9/4). Uni Eropa setuju Brexit diperpanjang hingga 1 Juni 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa berikan Inggris perpanjangan waktu Brexit sampai 31 Oktober, empat bulan lebih lama dibandingkan yang diminta Perdana Menteri Inggris Theresa May. Dewan Uni Eropa mengatakan langkah itu dilakukan agar Inggris dapat menyelesaikan kebuntuan di dalam negeri mereka.

"EU27/UK (27 negara Uni Eropa dan Inggris) sepakat menambah waktu yang fleksibel sampai 31 Oktober," kata Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk, di media sosial Twitter, Kamis (11/4).

Baca Juga

Hal itu Tusk katakan setelah menjalani rapat selama depalan jam. "Ini artinya ada tambahan enam bulan bagi Inggris untuk menemukan solusi terbaik," kata Tusk di malam sebelum Inggris harusnya keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Perpanjangan waktu itu diambil agar Brexit dalam berjalan mulus bagi warga dan bisnis Inggris dan Eropa. Tusk menekankan jika May dapat mengamankan dukungan Parlemen Inggris atas kesepakatan Brexit yang ia ajukan atau dapat mengubah perjanjian berdagangan di masa depan maka Inggris bisa keluar dari Uni Eropa lebih awal dari pada tenggat waktu 31 Oktober ini. 

"Sampai akhir periode ini, Inggris juga memiliki kemungkinan untuk membantalkan Brexit sepenuhnya," kata Tusk.

Perpanjangan waktu itu memberikan May waktu tiga bulan lebih lama dari yang ia minta yakni 30 Juni. Waktu yang May butuhkan untuk mendapatkan dukungan dari Parlemen Inggris atas kesepakatan Brexit yang ia ajukan dengan Uni Eropa pada tahun lalu.

Namun ia bersikeras Inggris masih dapat mengamankan kesepakatan dan keluar dari Uni Eropa sebelum rakyat Inggris harus ikut pemungutan suara pemilihan Parlemen Uni Eropa pada 23-26 May. Banyak pemimpin negara Uni Eropa yang ingin tenggat waktu Brexit diperpanjang lebih lama lagi sampai akhir tahun atau Maret tahun depan.

Tapi Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan perlawanan dalam rapat itu yang akhirnya membuat para pemimpin lainnya berkompromi. Salah satu pejabat Uni Eropa mengatakan Macron mempertanyakan kemampuan May dalam membujuk Parlemen Inggris agar bersedia mendukung kesepakatannya.

Kabarnya Macron juga mengatakan tenggat waktu yang lebih sempit dapat membuat Inggris lebih fokus. Beberapa pemimpin lainnya berpendapat perpanjangan waktu yang lebih lama dapat menakuti kritikus May yang pro-Brexit. Mereka akan khawatir Brexit dibatalkan maka terpaksa mendukung kesepakatan yang diajukan May.   

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tepat ketika Eropa merayakan Hallowen. Para komentator di media sosial langsung mencatat tenggat waktu itu juga akan menjadi hari terakhir masa jabatan dewan eksekutif Uni Eropa saat ini.

Para pemimpin Uni Eropa akan kembali menilai situasi yang terjadi saat mereka kembali berkumpul dalam pertemuan rutin pada 20-21 Juni mendatang. Ada kemungkinan Inggris sudah meninggalkan Uni Eropa pada saat itu jika May berhasil membangun koalisi dengan oposisinya Partai Buruh agar mereka bersedia mendukung kesepakatannya.

Tapi sampai saat ini belum ada kesepakatan apa pun antara May dan Partai Buruh. Agar dapat tetap menjadi anggota Uni Eropa setelah bulan Juni, May sudah setuju untuk menggelar pemilihan Parlemen Uni Eropa di Inggris.

Walaupun belum diketahui apakah pemungutan suara akan digelar atau sejauh mana kemungkinan pemungutan suara berubah menjadi referendum kedua. Pemilihan yang diharapkan dapat membatalkan Brexit.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement