Jumat 12 Apr 2019 11:04 WIB

Presiden Ekuador Ungkap Alasan Suaka Politik Assange Dicabut

Presiden Ekuador menilai Assange justru memperlihatkan sikap tak ramah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pendiri Wikileaks tiba di Westminster Magistrates' Court di London, Inggris setelah ditahan Metropolitan Police, Kamis (11/4).
Foto: Victoria Jones/PA via AP
Pendiri Wikileaks tiba di Westminster Magistrates' Court di London, Inggris setelah ditahan Metropolitan Police, Kamis (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Lenin Moreno mengungkap alasan pencabutan suaka politik pendiri Wikileaks Julian Assange. Menurut dia, Assange telah melanggar persyaratan suaka dan bersikap tak patut terhadap karyawan dan petugas keamanan di Kedutaan Besar Ekuador di London.

Moreno mengatakan, sejak Juni 2012, Kedutaan Besar Ekuador di London telah menjaga dan memenuhi kebutuhan Assange. Namun setelah diperlakukan demikian, Assange justru memperlihatkan sikap tak ramah.

Baca Juga

"Anda tidak bisa datang ke rumah yang menyambut Anda dengan hangat, yang memberi Anda makan, menjaga Anda, dan mulai mengecam pemilik rumah," kata Moreno pada Kamis (11/4).

"Ketika Anda diberikan tempat berteduh, dirawat, dan disediakan makanan, Anda tidak mencela pemilik rumah. Kami telah menyingkirkan suaka untuk bocah manja ini dan untungnya kami telah menyingkirkan duri di pihak kami," ujar Moreno.

Dia mengatakan kasus Assange telah memberi pelajaran kepada Pemerintah Ekuador. "Ekuador akan lebih berhati-hati dalam memberikan suaka kepada orang-orang yang benar-benar layak dan bukan peretas yang malang, yang tujuan satu-satunya adalah membuat pemerintah tidak stabil," ucapnya.

Assange ditangkap kepolisian Inggris di Keduataan Besar Ekuador di London pada Kamis. Dia menghadapi berbagai kasus dan sedang diburu otoritas Swedia dan Amerika Serikat (AS). Di Swedia, Assange dituduh melakukan pelecehan seksual.

AS mengejarnya karena kasus spionase. Hal itu berkaitan dengan dibocorkannya 250 juta dokumen rahasia dari kedutaan AS di seluruh dunia pada 2010.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement