REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD — Invasi Amerika Serikat (AS) di Irak membuat kehidupan di negara itu telah berubah menjadi mencekam. Banyak orang yang melarikan diri membuat tak sedikit kota dan wilayah di sana sunyi. Belum lagi, bangunan-bangunan runtuh dan berbagai tembok bekas ledakan yang tertinggal jelas terlihat.
Namun, 16 tahun pasca-tragedi tersebut, kehidupan di Irak, khususnya di Ibu Kota Baghdad nampaknya mulai berjalan normal. Baghdad kini terlihat ramai dengan penduduk dan kehidupan mereka, seperti kota-kota lainnya di dunia.
Terdapat pusat perbelanjaan, restoran, dan berbagai tempat hiburan yang kembali berdiri di Baghdad. Warga setempat mulai menjalani kehidupan mereka dengan menyenangkan, tak terkecuali para pedagang untuk kembali melanjutkan bisnis.
Para pedagang terlihat menjual barang-barang dari banyak kios di pinggir jalan di salah satu distrik di Baghdad. Perubahan itu secara signifikan terjadi setelah dinding beton yang terkena ledakan bom pada masa invasi AS, yang panjangnya mencapai mil diruntuhkan sepenuhnya.
“Baghdad terlihat berbeda sekarang, menjadi lebih baik. Banyak keluarga yang tinggal sampai setelah tengah malam di pasar, restoran, dan kafe. Saya merasa sangat senang melihat kehidupan di Baghdad kembali normal,” ujar warga Baghdad yang juga merupakan seorang pemilik kafe bernama Saif Ahmed dilansir Al Arabiya, Senin (15/4).
Tembok-tembok yang terkena ledakan tersebut pertama kali dibangun pada 2003, setahun setelah invasi AS terjadi. Tujuan pembangunan tembok tersebut adalah untuk melindungi Baghdad dari perang saudara yang terjadi selama bertahun-tahun, serta adanya serangan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pemerintah Irak mengumumkan kemenangan atas ISIS pada akhir 2017. Menurut laporan komandan senior militer negara itu, tidak ada serangan yang dilakukan oleh kelompok militan tersebut selama lebih dari satu tahun.
“Baghdad kini menikmati keamanan yang ada, kami berhasil menjauhkan teroris dari Ibu Kota,” ujar komandan senior militer Irak, Jaleel al-Rubaie.
Tembok-tembok itu diruntuhkan atas perintah Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi, yang mengatakan hal itu sebagai tanda keamanan tercipta lebih baik di Irak saat ini. Bagi banyak warga, hal itu juga seperti membawa kembali ‘cahaya’ ke dalam kota yang sebelumnya nampak gelap dan sunyi.
Warga bernama Hutham al-Ansary mengaku sangat terharu dengan Baghdad yang akhirnya aman. Ia mengatakan masih sangat ingat tragedi kekerasan yang terjadi di Irak, termasuk Ibu Kota. Salah satunya pada 2004 yang membuat suaminya meninggal.
“Baghdad itu indah dengan keamanan dan kedamaian, terlepas dari semua tragedi yang terjadi,” ujar Ansary.
Selain itu, ada Sally Adnan yang merupakan pegawai di Kementerian Kesehatan Irak. Ia mengatakan sangat senang dapat merasa aman saat berada di luar rumah, setelah selama ini khawatir jika serangan tiba-tiba terjadi.
“Saya senang akhirnya bisa keluar ke taman umum bersama putra saya setelah selama ini khawatir ada serangan bom tiba-tiba,” kata Adnan.
Adnan mengatakan ia pernah menjadi korban dalam sebuah ledakan bom mobil pada 2008. Beruntung, ia hanya mengalami luka-luka, meski salah satunya masih membekas hingga saat ini di bagian wajah.
“Luka di wajah saya adalah bagian dari sejarah Irak. Saya akan menunjukkannya ke anak-anak saya saat mereka dewasa,” kata Adnan.