REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memveto Rancangan Undang-Undang (RUU) yang disahkan oleh Kongres untuk mengakhiri bantuan militer AS kepada koalisi Arab Saudi dalam perang di Yaman. Senat telah meloloskan resolusi bipartisan pada 13 Maret dalam pemungutan suara yang hasilnya 54 banding 46.
"Resolusi ini adalah upaya berbahaya untuk melemahkan otoritas konstitusional saya, membahayakan kehidupan warga AS, baik hari ini maupun di masa depan," ujar Trump, dilansir The Guardian, Rabu (17/4).
Veto tersebut merupakan yang kedua dalam pemerintahan Trump. Senator Bernie Sandres yang mengusulkan RUU itu mengaku kecewa, namun tidak terkejut dengan veto dari Presiden Trump.
"Saya kecewa, tetapi tidak terkejut bahwa Trump telah menolak resolusi bipartisan untuk mengakhiri keterlibatan AS dalam perang mengerikan di Yaman. Orang-orang Yaman sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, bukan lebih banyak bom," kata Sanders.
Anggota Kongres California dari Partai Demokrat, Ro Khanna mengatakan, RUU itu menandai adanya kemajuan meski ada Veto. Menurutnya, hak veto tersebut merupakan peluang yang terlewatkan.
"Dari seorang presiden yang dipilih dengan janji menghentikan perang kita yang tak berkesudahan, hak veto ini merupakan peluang yang terlewatkan," ujar Khanna.
"Ini mengirimkan sinyal yang jelas kepada Saudi bahwa mereka perlu mengangkat blokade, dan memungkinkan bantuan kemanusiaan ke Yaman jika mereka peduli tentang hubungan mereka dengan Kongres," kata Khanna melanjutkan.
AS memberikan dana miliaran dolar kepada koalisi pimpinan Saudi yang berperang melawan pemberontak yang didukung Iran di Yaman. Namun, ketika perang berlangsung, anggota Kongres menyatakan keprihatinan mengenai ribuan warga sipil yang tewas dalam serangan udara koalisi sejak konflik dimulai pada 2014.
Pertempuran tersebut juga telah menyebabkan jutaan orang mengalami kekurangan makanan dan perawatan medis. Sementara, banyak anggota parlemen yang khawatir mengenai hubungan dekat antara Trump dengan Arab Saudi. Anggota parlemen mengkritik presiden karena tidak mengutuk Saudi atas pembunuhan seorang jurnalis, Jamal Khashoggi di Istanbul pada Oktober lalu.