REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) tak akan melakukan intervensi militer di Iran. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pertemuan dengan komunitas Iran-Amerika pada pekan lalu.
Dalam sebuah pertemuan tertutup itu, 15 tokoh dari masyarakat keturunan Iran-Amerika berbincang dengan Pompeo. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah bagaimana jika perubahan rezim tidak terjadi secara internal dan bagaimana akhirnya.
Pompeo menjawab ia berhati-hati menggunakan kalimat ‘perubahan rezim’. Ia kemudian meyakinkan mereka AS tak memiliki rencana melakukan campur tangan dengan mengerahkan militer ke Iran.
Tokoh Iran-Amerika itu juga bertanya apakah Pemerintah AS mempertimbangkan kemungkinan adanya kudeta di Iran. Saat itu, Pompeo mengatakan hal itu tak akan bisa diberitahukan, bahkan jika AS berada di belakang melakukannya.
Pompeo juga menggunakan eufemisme untuk menggambarkan posisi pemerintahan di Iran. Ia mengatakan kepentingan terbaik dalam pemerintahan adalah tim pemimpin non-revolusioner Iran.
Selain itu, Pompeo juga mengakui Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton serta politikus Rudy Giuliani telah berbicara mengenai kelompok Mujahidin Rakyat Iran (MEK) dalam sebuah rapat umum. Hingga 2012, kelompok itu ditetapkan oleh AS sebagai organisasi teroris.
Ketegangan antara AS dan Iran semakin meningkat di bawah kepemimpinan Trump. Hal itu secara khusus terjadi setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015 pada tahun lalu.
AS juga menerapkan sejumlah sanksi terhadap Iran. Sejumlah sanksi terbaru pada awal bulan ini menargetkan bidang ekonomi negara Timur Tengah tersebut, termasuk sanksi sekunder terhadap perusahaan dan lembaga keuangan negara yang melakukan bisnis dengan Iran atau perusahaan yang melakukan ekpor minyak.