REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Vaksin malaria pertama di dunia diuji coba dalam skala besar untuk anak-anak di Malawi. Vaksin RTS,S melatih sistem kekebalan untuk menyerang parasit malaria yang disebarkan oleh gigitan nyamuk.
Dilaporkan BBC, Selasa (23/4), sebelumnya, dalam uji coba vaksin RTS,S skala kecil menunjukkan hampir 40 persen anak-anak usia 5-17 bulan terlindungi dari penyakit malaria. Kasus malaria kembali meningkat setelah satu dekade. Lebih dari 90 persen terinfeksi malaria dan 435 ribu meninggal dunia akibat malaria di Afrika. Penyakit ini sangat rentan menyerang anak-anak.
Malawi, Kenya, dan Ghana merupakan tiga negara yang dipilih untuk uji coba skala besar vaksin RTS,S. Ketiga negara ini dipilih karena sudah menjalankan program besar untuk mengatasi malaria, termasuk penggunaan kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk.
Namun, jumlah kasus malaria di ketiga negara tersebut masih terbilang tinggi. Hampir 5 juta kasus malaria dikonfirmasi telah terjadi di Malawi pada 2017.
Vaksin RTS,S sudah dikembangkan selama lebih dari tiga dekade. Pengembangan vaksin ini dilakukan oleh para ilmuwan dari perusahaan obat GSK sejak 1987.
Vaksin ini mengalami pengujian selama bertahun-tahun dan didukung oleh beberapa organisasi, termasuk Path Malaria Vaccine Initiative. Upaya tersebut menelan biaya sekitar 1 miliar dolar AS.
Saat ini, vaksin tersebut sedang dalam proses koordinasi bersama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Keberhasilan vaksin ini hampir mencapai 40 persen. Angka tersebut tidak tinggi dibandingkan dengan vaksin untuk penyakit lain. Namun, WHO menyatakan, vaksin merupakan perlindungan pertama bagi anak-anak.
"Vaksin yang sangat manjur, 90 persen atau lebih itu tidak terlihat pada titik ini. Tapi ini menunjukkan bahwa vaksin malaria dapat dibuat. Itu akan menjadi titik awal," ujar Mary Hamel dari WHO yang dikutip dari Bloomberg.
Vaksin perlu diberikan sebanyak empat kali dengan frekuensi sebulan sekali selama tiga bulan. Vaksin dosis keempat diberikan 18 bulan kemudian.
Tahap uji coba ini diharapkan akan selesai pada tahun 2023. Uji coba skala besar pertama akan dilakukan di Malawi. Beberapa pekan kemudian akan dilanjutkan ke Kenya dan Ghana.