Rabu 24 Apr 2019 05:47 WIB

Proyek Uji Coba Vaksin Malaria Pertama di Dunia Dimulai

Tiga negara pertama di Afrika dipilih untuk proyek uji coba vaksin malaria perdana.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nur Aini
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).
Foto: AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Proyek percontohan berskala besar untuk vaksin malaria pertama di dunia telah dimulai di Malawi. Pemberian vaksin malaria itu bertujuan untuk memberikan perlindungan sebagian kepada anak-anak dari risko penyakit malaria.

"Ini adalah momen penting untuk imunisasi, pengendalian malaria dan kesehatan masyarakat," ungkap Direktur Imunisasi dan Vaksin Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Kate O'Brien seperti dilansir BBC.

Baca Juga

Vaksin malaria yang digunakan dalam proyek percontohan itu memiliki nama vaksin RTS,S. Vaksin RTS,S ini bekerja dengan cara melatih sistem imun untuk menyerang parasit malaria. Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang penyebarannya melalui gigitan nyamuk.

"Malaria merupakan penyakit yang vaksinnya sulit untuk dikembangkan," kata O'Brien.

Malawi merupakan satu dari tiga negara pertama yang dipilih untuk penyelenggaraan proyek percontohan vaksin malaria. Dua negara lainnya adalah Ghana dan Kenya.

Proyek percontohan untuk kedua negara itu akan dimulai dalam waktu beberapa minggu ke depan. Malawi, Ghana, dan Kenya dipilih karena ketiga negara ini sudah menjalankan program berskala besar untuk menangkal malaria. Salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah penggunaan kelambu saat tidur.

Melalui proyek percontohan tersebut, diharapkan sekitar 120 ribu anak-anak yang berusia dua tahun ke bawah bisa mendapatkan vaksin malaria. Upaya pencegahan malaria itu penting dilakukan karena kasus malaria global tak lagi tampak menurun sehingga ditakutkan suatu saat akan kembali meningkat.

WHO memperkirakan ada sekitar 435 ribu orang yang mati akibat malaria setiap tahunnya di dunia. Mayoritas dari korban penyakit malaria adalah anak-anak.

Kasus kematian paling banyak terjadi di Afrika. Di Afrika sendiri, ada lebih dari 250 ribu anak yang mati setiap tahunnya aibat malaria.

Oleh karena itu, vaksin malaria terus dikembangkan sebagai upaya pencegahan meskipun proses pembuatannya cukup sulit. Berdasarkan tes pengujian yang lebih kecil, penggunaan vaksin malaria dapat melindungi hampir 40 persen anak-anak berusia 5-17 tahun dari malaria.

Efikasi yang hampir mencapai 40 persen ini tentu tidak setinggi efikasi dari vaksin-vaksin untuk penyakit lain yang sudah ada saat ini. Meski begitu, pemberian vaksin malaria bisa semakin bermanfaat ketika dikombinasikan dengan upaya pencegahan lain seperti penggunaan kelambu atau obat nyamuk.

"Tak ada yang menyebut vaksin ini sebagai peluru ajaib," kata Dr David Schellenberg dari WHO.

Faktor keamanan juga sudah diperhatikan dalam tes-tes pengujian sejak 2009 lalu. Tes pengujian itu menunjukkan dengan cukup jelas bahwa vaksin malaria ini aman dan memiliki efikasi.

Perlindungan dari vaksin malaria bisa bertahan setidaknya hingga tujuh tahun. Vaksin malaria perlu diberikan sebanyak empat kali. Dosis pertama hingga ketiga diberikan satu kali per bulan selama tiga bulan. Dosis keempat diberikan 18 bulan kemudian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement