Jumat 26 Apr 2019 15:21 WIB

Kim Jong-Un Tinggalkan Rusia Setelah Bertemu Putin

Kim Jong-un bertemu Putin untuk membahas masalah denuklirisasi Korut.

Rep: Rossi Handayani / Red: Nur Aini
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) memperlihatkan sebilah pedang Rusia sebagai hadiah kepada Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Vladivostok, Rusia, Kamis (25/4).
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) memperlihatkan sebilah pedang Rusia sebagai hadiah kepada Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un di Vladivostok, Rusia, Kamis (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, VLADIVOSTOK -- Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un meninggalkan Rusia setelah memberikan penghormatan pada upacara perang, Jumat (26/4). Sebelumnya, ia datang untuk pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Kantor berita Rusia menyampaikan, Kim berangkat ke Pyongyang pada Jumat sore dengan kereta pribadinya. Jadwal itu sekitar 4,5 jam lebih awal dari yang telah direncanakan, karena delegasinya meminta untuk mempersingkat kunjungannya.

Baca Juga

Sebelumnya pada hari itu, Kim mengunjungi sebuah taman di dekat markas besar Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia. Ia datang untuk upacara peletakan karangan bunga. Kim mengenakan setelan hitam dan topi fedora. Lalu ia mengikuti dua tentara Rusia, kemudian meletakkan bunga, melepas topinya, dan membungkuk ketika band militer Rusia memainkan musik. Sebelum pergi ke stasiun kereta api utama, Kim makan siang bersama gubernur dan pebisnis setempat di pinggiran kota.

Pengendara motor Vladivostok kini dapat menghela nafas lega selama keberangkatan Kim. Sebab, lalu lintas di kota telah terganggu dari awal kedatangan Kim pada Selasa (24/4). Setelah pembicaraan pada Kamis, Putin mengindikasikan bahwa ia mungkin bersedia memainkan peran yang lebih besar dalam memecahkan kebuntuan terkait denuklirisasi dan tuntutan Kim terkait sanksi.

Putin mengatakan, ia bersedia untuk berbagi rincian dengan Amerika Serikat (AS) tentang pertemuan puncaknya dengan Kim, dan menyarankan Kim bersedia menyerahkan senjata nuklir. Namun, ini terjadi jika Korut mendapatkan jaminan keamanan yang kuat, didukung oleh perjanjian multinasional.

Sementara, Kim mengkritik Washington karena mengambil sikap sepihak pada pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump Februari lalu. Dia juga mengatakan kepada Putin bahwa, situasi di Semenanjung Korea telah mencapai titik kritis. Sikap AS di masa depan akan menentukan ketegangan lanjutan hubungan kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement