REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengejek Elliot Abrams, seorang perwakilan khusus dari Amerika Serikat (AS) untuk negara tersebut. Ia mengatakan Abrams adalah seorang penipu karena tindakannya terhadap rakyatnya.
Sebelumnya, Abrams meminta anggota pemerintahan pro-Maduro, yaitu yang dikenal diantaranya adalah para chavists muda dan anggota Partai Persatuan Sosialis (PSUV) bergabung dengan oposisi. Ia juga menyerukan agar pemilihan umum dilakukan segera di Venezuela.
Tak hanya itu, Abrams juga menekankan pasukan militer Venezuela harus dibayar dengan seharusnya. Mereka juga nantinya, pascapemerintahan Maduro berakhir perlu meninggalkan politik.
“Jika Anda ingin Chavism menjadi bagian masa depan negara, maka itu tidak bisa dipaksakan. Ketika PSUV menerima mereka harus bertindak sebagai partai politik yang demokratis dan mencari suara rakyat dalam sebuah pemilihan yang bebas, maka Venezuela akan berada di jalan menuju demokrasi,” ujar Abrams dalam sebuah pernyataan dilansir Sputnik, Sabtu (27/4).
Pernyataan itu membuat Maduro mengecam Abrams yang disebut olehnya sebagai ‘elang tua dari perang dingin’. Ia mengatakan ejekan itu melalui siaran televisi negara.
Venezuela telah dilanda krisis dan kekacauan,seiring kondisi ekonomi di negara itu yang saat ini dilanda hiperinflasi. Pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro dianggap telah menciptakan situasi yang semakin buruk dengan kebijakan sosialis yang ia terapkan, serta pendahulunya mantan presiden Hugo Chavez.
Gelombang protes untuk menuntut kepemimpinannya telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi semakin memburuk pada awal tahun ini ketika pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara.
Setidaknya 50 negara, termasuk AS telah mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela. Namun, Rusia dan beberapa negara lainnya telah menolak klaim tersebut dan mengatakan Maduro, serta pendahulunya Chavez sebagai pemimpin negara yang sah.