REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Juru Bicara partai berkuasa di Turki Partai Keadilan dan Pembangunan, Omer Celik, menyatakan teror bom yang terjadi Sri Lanka seharusnya tidak digunakan untuk mengusik umat Muslim. Sebab hal itu akan menyebabkan Muslim berada dalam kondisi yang tertindas.
"Tidak seharusnya bagi seseorang menggunakan serangan teror Sri Lanka ini untuk mengusik umat Muslim," kata Celik seperti dikutip dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Ahad (28/4).
Celik mengatakan bahwa setelah serangan teror akhir pekan lalu di Sri Lanka, Muslim yang tinggal di sana menjadi korban. Bahkan beberapa harus meninggalkan rumah mereka. Ia menuturkan, serangan tersebut secara tidak adil melekat pada Muslim.
Pada 21 April, Minggu Paskah, total delapan ledakan terjadi di berbagai lokasi di dan di luar Kolombo, Ibu Kota Sri Lanka. Akibatnya 253 orang meninggal. Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Celik memuji politik Selandia Baru dalam menyikapi serangan Christchurch, dengan mengatakan sikap mereka setelah serangan itu harus menjadi model bagi semua orang. Setidaknya 50 jamaah Muslim dibantai di dua masjid di Christchurch, dengan banyak yang terluka, dalam serangan teror pada 15 Maret lalu.
Tepat setelah serangan, ratusan orang berkumpul di depan masjid untuk memberikan penghormatan kepada para korban ketika Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyerukan persatuan dan solidaritas dengan komunitas Muslim. Kurang dari sebulan setelah pembantaian itu, Parlemen Selandia Baru meloloskan RUU yang membatasi penggunaan senjata semi otomatis.